Laporan keuangan PT Astra International Tbk mengungkap, perusahaan menggaet laba bersih sebesar Rp15,51 triliun pada enam bulan pertama 2025.
Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk itu turun 2,15% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar Rp15,85 triliun.
Diwartakan Katadata, Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, mengatakan kinerja perusahaan pada paruh pertama tahun 2025 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, seiring dengan kondisi bisnis yang menantang. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari bisnis jasa penambangan, pertambangan batu bara, dan mobil.
Sementara bisnis lain portofolio Grup yang terdiversifikasi menunjukkan kinerja yang tetap resilient secara keseluruhan, dengan kontribusi yang lebih tinggi, khususnya dari segmen Jasa Keuangan, Infrastruktur, dan Agribisnis.
“Dampak dari kondisi harga batu bara yang lebih rendah dan lemahnya pasar mobil nasional, dapat menyebabkan kinerja Grup yang relatif sama untuk sisa tahun ini,” kata Djony dalam siaran persnya, dikutip Kamis (31/7/2025).
Pada semester pertama 2025, laba bersih divisi Otomotif & Mobilitas Grup tercatat turun 8% menjadi Rp5,3 triliun akibat melemahnya volume penjualan di tengah kondisi lesunya pasar otomotif nasional. Laba bersih dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, yang dijalankan melalui PT United Tractors Tbk (UT), juga turun sebesar 15% menjadi Rp5 triliun.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh kinerja yang lebih lemah di bisnis jasa penambangan dan pertambangan batu bara, meski sebagian terkompensasi oleh kontribusi positif dari segmen pertambangan emas dan alat berat. Di sisi lain, divisi Agribisnis yang dijalankan oleh PT Astra Agro Lestari Tbk membukukan lonjakan laba bersih sebesar 40% menjadi Rp559 miliar.
Divisi Infrastruktur juga mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 38% menjadi Rp636 miliar, seiring meningkatnya volume lalu lintas dan tarif tol. Lalu divisi Jasa Keuangan mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 6% menjadi Rp4,4 triliun, didorong oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen seiring naiknya nilai portofolio pembiayaan.
Divisi Teknologi Informasi, melalui PT Astra Graphia Tbk, mencatat pertumbuhan laba bersih 30% menjadi Rp82 miliar berkat peningkatan pendapatan dari solusi teknologi informasi serta perbaikan marjin usaha. Sementara itu, divisi properti melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 17% menjadi Rp110 miliar, ditopang oleh aset gudang industri yang baru diakuisisi serta meningkatnya tingkat hunian di Menara Astra.
Secara umum, emiten berkode ASII ini membukukan pendapatan bersih sebesar Rp162,85 triliun pada semester pertama 2025, naik 1,8% (yoy) yang sebelumnya Rp159,96 triliun pada paruh pertama 2024. Apabila melihat dari sisi neraca, nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2025 naik sebesar 2% menjadi Rp5.385.
Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan Jasa Keuangan Grup, mencapai Rp12,7 triliun pada 30 Juni 2025, dibandingkan Rp8 triliun pada 31 Desember 2024. Utang bersih anak perusahaan Jasa Keuangan Grup Rp64 triliun pada 30 Juni 2025, meningkat dibandingkan Rp60,2 triliun pada 31 Desember 2024.
“Kami tetap optimistis terhadap ketahanan portofolio kami yang terdiversifikasi, dan berkomitmen untuk menjaga disiplin keuangan serta keunggulan operasional, sambil terus secara seksama mencari peluang pertumbuhan jangka panjang,” kata Djony.
Kini aset ASII tercatat sebesar Rp487,79 triliun pada Juni 2025, naik dari Desember 2024 yang sebesar Rp471,35 triliun. Adapun liabilitas sebesar Rp209,04 triliun dan ekuitas Rp278,75 triliun pada pertengahan 2025.
(Artikel ini telah tayang di Katadata dengan judul Kinerja Astra (ASII) Lesu di Semester I 2025, Laba Turun 2,15% Apa Pemberatnya?)