Laporan keuangan PT Bukit Asam Tbk atau PTBA menunjukkan, perusahaan mencatat laba bersih sebesar Rp833,04 miliar pada semester I 2025.
Laba periode berjalan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk itu merosot 59% dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) yang sebesar Rp2,03 triliun.
Kontradiktif dengan laba, pendapatan emiten pelat merah holding MIND ID ini mencapai Rp20,45 triliun pada semester I 2025. Angkanya tumbuh 4,12% (yoy) dari semester I 2024 yang sebesar Rp19,64 triliun.
Diberitakan Katadata, Corporate Secretary PTBA Niko Chandra mengatakan, komposisi penjualan tersebut terdiri dari 54% dari pasar domestik dan 46% dari ekspor.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan Bukit Asam juga membengkak menjadi Rp18,20 triliun dari Rp16,23 triliun secara tahunan (yoy). Beban umum dan administrasi juga membesar dari Rp929,33 miliar menjadi Rp1,01 triliun, serta beban penjualan dan pemasaran naik dari Rp364,70 miliar menjadi Rp385,97 miliar.
Niko menyampaikan bahwa tekanan harga batu bara global menjadi salah satu tantangan utama pada semester pertama. Indeks harga ICI-3 tercatat turun 14% secara tahunan, dari US$75,89 menjadi US$ 65,15 per ton. Sementara indeks Newcastle merosot 22%, dari US$130,66 menjadi US$102,51 per ton.
Menurutnya, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan strategi pemasaran yang adaptif, diversifikasi pasar serta pengelolaan portofolio pelanggan. “Perseroan juga membukukan rata-rata harga jual sebesar Rp930 ribu per ton, turun 4% dari periode yang sama tahun sebelumnya,” katanya.
Biaya operasional turut mengalami tekanan seiring kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rata-rata mencapai Rp14.666 per liter atau meningkat 7% dibandingkan Rp13.682 per liter pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan konsumsi BBM juga sejalan dengan bertambahnya volume produksi dan jarak angkut batu bara.
Meski PTBA mengalami penurunan permintaan dari pasar ekspor utama seperti China, PTBA dapat menjaga kinerja penjualan dengan melakukan ekspansi bisnis berupa ekspor ke negara-negara seperti Bangladesh, India, Vietnam, Filipina dan Thailand. Sejalan dengan peningkatan produksi dan penjualan, volume angkutan batu bara turut meningkat sebesar 9% menjadi 19,27 juta ton dari sebelumnya 17,70 juta ton.
Peningkatan ini didukung oleh optimalisasi rantai pasok dan efisiensi di sektor logistik. Peningkatan aktivitas operasional tersebut berkontribusi terhadap pendapatan konsolidasi PTBA yang tercatat Rp20,45 triliun, naik 4% dibandingkan Rp19,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Total aset perusahaan juga mengalami pertumbuhan sebesar 2%, dari Rp41,78 triliun per 31 Desember 2024 menjadi Rp42,68 triliun per 30 Juni 2025. Adapun jumlah liabilitas mencapai Rp22,89 triliun dan ekuitas Rp19,78 triliun pada Juni 2025.
(Baca Katadata: Meski Laba Susut, Bukit Asam (PTBA) Bukukan Pendapatan Rp 20,45 Triliun)