Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pasukannya telah menyerang Iran pada 21 Juni 2025.
"Kami telah menuntaskan serangan yang sangat sukses ke tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan," kata Trump di akun media sosial miliknya, Truth Social.
"Muatan penuh bom dijatuhkan di lokasi utama, Fordow. Semua pesawat dalam perjalanan pulang dengan aman. Selamat kepada prajurit Amerika yang hebat. Tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini. Sekarang waktunya untuk perdamaian," kata dia.
(Baca: Iran Masuk 10 Negara Penghasil Minyak Terbesar Global)
Setelah pengumuman tersebut, pada 22 Juni 2025 harga minyak mentah Brent mencapai US$77,10, naik 2% dibanding hari perdagangan sebelumnya.
Kemudian harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 1% menjadi US$75,78 per barel.
Jika dibandingkan dengan sebulan lalu (month-to-month/mtm), pada 22 Juni 2025 harga Brent sudah naik 20% (mtm) dan harga WTI melonjak 23% (mtm).
Namun, angka tersebut masih lebih rendah dibanding setahun lalu, di mana harga minyak dunia sempat melebihi US$80 per barel pada Juni 2024, seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Ini Deretan Konflik Timur Tengah yang Guncang Pasar Minyak Global)
Menurut International Energy Agency (IEA), sebelum ada konflik, pasokan minyak dunia cenderung aman karena kapasitas produksinya melebihi permintaan sampai beberapa tahun ke depan.
IEA memperkirakan permintaan minyak global akan mencapai level maksimum 105 juta barel per hari pada 2030. Sedangkan kapasitas produksi minyak global diprediksi mampu mencapai 114 juta barel per hari.
Tapi, kondisinya sekarang dipenuhi ketidakpastian akibat perang Israel-Iran yang meletus sejak 13 Juni 2025, yang kini juga dicampuri AS.
"Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, pasar minyak menghadapi ketidakpastian baru karena ada pergeseran faktor pendorong pertumbuhan pasokan dan permintaan," kata IEA dalam siaran pers, 17 Juni 2025.
"Pasar minyak tampaknya akan tercukupi dengan baik di tahun-tahun mendatang. Namun, kejadian terkini secara tajam menyoroti risiko geopolitik yang signifikan terhadap keamanan pasokan minyak," kata mereka.
(Baca: Harga Minyak Rusia Lebih Murah dari Minyak Dunia sampai Awal 2025)