Laporan keuangan PT Chandra Asri Pacific (TPIA) mengungkap, perusahaan mencetak rugi bersih sebesar US$25,64 juta pada kuartal I 2025. Nilai itu setara Rp423,7 miliar dengan asumsi kurs Rp16.522 per US$.
Nilai kerugian itu sebenarnya sudah menyusut 22,58% dari periode sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar US$33,12 juta atau Rp547,34 miliar.
Kendati merugi, pendapatan perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu itu justru mengalami peningkatan. Tercatat, pendapatan sebesar US$622,09 juta atau Rp10,27 triliun pada kuartal I 2025, naik 31,82% (yoy) dari kuartal I 2024 sebesar US$471,91 juta atau Rp7,79 triliun.
Beban penjualan emiten TPIA ini pun terpantau berkurang, dari US$15,01 juta pada kuartal I 2024 menjadi US$10,1 juta pada kuartal I 2025.
Sebagai perusahaan petrokimia—umumnya menjual bahan yang digunakan sebagai bahan baku industri lain, terutama industri plastik, karet—TPIA memasarkan produknya ke dalam dan luar negeri.
Untuk penjualan lokal, ada polyolefin US$273,92 juta; styrene monomer US$60,94 juta; butadiene US$38,36 juta; olefin US$24,18 juta; dan daya listrik serta jasa kelistrikan lainnya US$23,7 juta. Total penjualan lokal sebesar US$421,14 juta.
Sementara penjualan ke luar negeri di antaranya, olefin US$160,26 juta; butadiene US$2,6 juta; MTBE dan butene-1 US$20,2 juta; polyolefin US$11,29 juta; dan styrene monome sebesar US$786 ribu. Jumlah penjualan ke luar negeri sebanyak US$195,16 juta.
Chandra Asri mencatatkan aset sebesar US$6,05 miliar pada Maret 2025, naik dari sebelumnya US$5,65 miliar pada Desember 2024.
Komponen aset Maret 2025 itu antara lain liabilitas sebesar US$2,99 miliar dan ekuitas US$3,05 miliar.
(Baca juga: Jadi Orang Terkaya di Indonesia, Ini Riwayat Kekayaan Prajogo Pangestu)