Berdasarkan informasi kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dari Bank Indonesia, pada Senin (9/10/2023) nilai tukar rupiah berada di level Rp15.675 per dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar itu menjadi posisi terlemah sejak awal 2023, seperti terlihat pada grafik di atas.
Jika diambil nilai tengahnya, sepanjang kuartal I 2023 median nilai tukar rupiah berada di level Rp15.194 per dolar AS.
Kemudian pada kuartal II 2023 median nilai tukarnya Rp14.888 per dolar AS, dan pada kuartal III Rp15.238 per dolar AS.
Menurut Chief Economist PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual, nilai tukar rupiah pada kuartal I dan kuartal II 2023 cukup terkendali, sudah menguat dibanding posisi penghujung tahun 2022.
Namun, tren pelemahan rupiah mulai terlihat lagi sejak kuartal III dan masih berlanjut sampai awal kuartal IV tahun ini.
"Pelemahan baru terjadi secara konsisten dari akhir Juli atau awal Agustus sampai sekarang, terutama karena aliran dana asing di pasar obligasi dan pasar saham mulai keluar," kata David dalam wawancara dengan Katadata, Senin (9/10/2023).
"Aliran modal asing keluar dari pasar obligasi hingga Rp7,2 triliun awal Agustus. Dari pasar saham (aliran modal asing keluar) Rp1,6 triliun sampai awal Agustus, turun Rp500 miliar pada September, lalu sekarang minus," ujarnya lagi.
Menurut David, investor asing menarik dana dari pasar keuangan Indonesia karena faktor global, seperti suku bunga The Fed, fluktuasi harga minyak, dan faktor geopolitik.
(Baca: The Fed Tahan Suku Bunga sampai September 2023, Ada Potensi Naik?)
Hal serupa disampaikan Aldian Taloputra, Ekonom Standard Chartered Bank. Aldian menilai tekanan rupiah saat ini disebabkan oleh faktor eksternal, yakni kenaikan suku bunga di negara maju terutama AS, pelemahan ekonomi global, dan kondisi geopolitik dunia.
Aldian menyebut kenaikan suku bunga AS mempengaruhi kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS atau yield US treasury, dan berimbas pada berkurangnya arus modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Adapun menurut William Hartanto, Analis Panin Sekuritas, risiko dari pelemahan rupiah yang paling terasa adalah biaya impor yang semakin mahal.
"Dampaknya ada kemungkinan harga barang-barang dalam negeri jadi ikut naik menyesuaikan nilai tukar," kata William dalam wawancara dengan Katadata, Senin (9/10/2023).
(Baca: Rupiah Masuk Daftar 10 Mata Uang Terlemah di Dunia)