Bank sentral Amerika Serikat (AS), yaitu The Federal Reserve atau The Fed, menahan suku bunga acuannya di kisaran 5%-5,25% pada Juni 2023.
Ini merupakan penahanan tingkat suku bunga yang pertama, setelah The Fed menaikkan bunganya secara agresif dalam setahun belakangan.
The Fed baru menahan suku bunga setelah inflasi AS turun ke level 4% pada Mei 2023. Adapun The Fed menyatakan kini perekonomian AS masih tumbuh, meski dibayangi sejumlah risiko.
"Indikator terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi AS terus berkembang dengan kecepatan sedang. Pertumbuhan lapangan kerja cukup kuat dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran tetap rendah. Inflasi tetap tinggi," kata Komite The Fed dalam siaran persnya, Rabu (14/6/2023).
"Sistem perbankan AS sehat dan tangguh. Kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis cenderung membebani aktivitas ekonomi, perekrutan tenaga kerja, dan inflasi. Efeknya masih belum pasti. Komite tetap sangat memperhatikan risiko inflasi," lanjutnya.
The Fed pun menyiratkan adanya kemungkinan untuk menaikkan lagi suku bunga di masa mendatang. Pasalnya, pada Mei 2023 laju inflasi AS masih di level 4%, sedangkan The Fed menetapkan target inflasi di negerinya bisa turun ke 2%.
"Dalam menentukan pengetatan kebijakan tambahan yang mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen, Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi dan inflasi, serta perkembangan sektor keuangan," kata Komite The Fed.
"Selain itu, Komite akan terus mengurangi kepemilikan sekuritas treasury, utang agensi, serta mortgage backed securities. Komite sangat berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen," lanjutnya.
(Baca: Harga Energi Turun, Inflasi AS Kian Melandai pada Mei 2023)