Biro Statistik Ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) melaporkan inflasi tahunan AS pada Mei 2023 secara umum mencapai 4% (year-on-year/yoy).
Laju inflasi tersebut sudah turun selama 11 bulan berturut-turut, sekaligus menjadi inflasi terendah sejak Maret 2021.
Melandainya inflasi AS pada Mei 2023 terutama dipengaruhi oleh harga energi yang lebih murah dibanding setahun lalu.
"Indeks harga energi turun 11,7 persen dalam 12 bulan terakhir," kata Biro Statistik Ketenagakerjaan AS dalam siaran persnya, Selasa (13/6/2023).
Jika dirinci berdasarkan komoditasnya, pada Mei 2023 indeks harga bensin di AS turun 19,7% (yoy), indeks harga gas alam turun 11% (yoy), dan indeks harga fuel oil atau minyak bakar turun 37% (yoy).
Namun, indeks harga listrik di AS masih meningkat 5,9% (yoy). Indeks harga makanan secara umum juga masih naik 6,7% (yoy).
Komoditas-komoditas lainnya juga masih mengalami inflasi, seperti kendaraan baru, pakaian, rumah/tempat tinggal, jasa transportasi, dan produk kesehatan.
Dari kelompok komoditas tersebut, inflasi paling besar terjadi pada jasa transportasi, yakni 10,2% (yoy).
Dengan melandainya inflasi umum di AS, bank sentral mereka, yakni The Federal Reserve atau The Fed, menahan suku bunga acuannya di kisaran 5%-5,25% pada Juni 2023.
Ini merupakan penahanan tingkat suku bunga yang pertama, setelah The Fed menaikkan suku bunganya secara agresif dalam setahun belakangan.
(Baca: Inflasi Indonesia Kian Melandai, Capai 4% pada Mei 2023)