BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 3,75%

Moneter

Lite

Dwi Hadya Jayani 20/11/2020 08:10 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2020 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan (BI 7 Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75%.

Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 3,75%

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2020 memutuskan memangkas suku bunga acuan (BI 7 Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Pemangkasan juga dilakukan sebesar 25 bps untuk suku bunga Deposit Facility menjadi 3% dan Lending Facility menjadi 4,5%.

Keputusan ini mempertimbangkan perkiraan inflasi yang rendah, untuk menjaga stabilitas, dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Inflasi masih mencatatkan rendah karena pemintaan dalam negeri yang belum kuat. Tingkat inflasi Indonesia pada Oktober 2020 sebesar 0,07% (month on month).

(Baca: Tingkat Inflasi Indonesia 0,07% Per-Oktober 2020)

BI juga menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik seiring dengan realisasi stimulus fiskal, mobilitas masyarakat, dan permintaan dunia. Selain itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatatkan surplus yang terdorong oleh perbaikan transaksi berjalan, serta transaksi modal dan finansial. Surplus neraca perdagangan pun meningkat dari perbaikan ekspor dan penyesuaian impor karena permintaan domestik belum kuat.

Editor : Muhammad Ahsan Ridhoi