Tren pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan perusahaan rintisan atau startup sempat marak di pertengahan tahun 2022. Hingga awal September 2022, sudah ada 30.367 ribu orang karyawan startup yang terkena PHK di seluruh dunia.
Berdasarkan data Laysoff.fyi, terjadi penurunan angka PHK pegawai startup di kuartal III 2022. Per 13 September 2022, sebanyak 1.314 orang pegawai perusahaan rintisan yang kehilangan pekerjaan. Angka ini turun drastis dari bulan-bulan sebelumnya.
Tercatat, PHK karyawan startup mencapai jumlah tertingginya pada bulan Juni yang mencapai 17,374 orang. Kemudian, angkanya menurun menjadi 16,223 di Juli dan 12,830 di Agustus 2022.
Di Indonesia sendiri, setidaknya ada tujuh startup yang mengonfirmasi telah melakukan PHK per awal Juli. Mereka adalah TaniHub, Zenius, LinkAja, Pahamify, JD.ID, Mobile Premier League (MPL), dan Lummo.
Komisaris Gojek Pandu Sjahrir mengatakan, startup di Asia Tenggara menghadapi ‘musim dingin’ saat ini. Dia menjelaskan, krisisi energi dan perang Rusia - Ukraina yang berkepanjangan berdampak terhadap perusahaan di seluruh dunia. Investor bahkan menahan diri untuk berinvestasi di startup.
Bahkan, valuasi sejumlah startup turun tajam. “Jika Anda melihat pasar publik, (penurunan valuasi) bisa sampai 50% hingga 80%, berdasarkan negara tempat Anda beroperasi,” kata Founding Partner AC Ventures itu seperti dilansir Katadata.co.id.
Menurutnya, para pendiri startup di seluruh dunia perlu berfokus untuk memperkuat bisnis dan mengantisipasi risiko. Dalam istilah startup, itu bisa berarti meningkatkan 'take rate' perusahaan atau memperpendek jalan menuju profitabilitas. Take rate dalam bahasa e-commerce adalah biaya komisi yang dibebankan ke konsumen.
Tokopedia misalnya, menambahkan tambahan biaya transaksi Rp 1.000 per 3 Agustus. “Dalam kondisi pasar seperti ini, tidak ada yang akan menyalahkan Anda untuk ini,” ujar Pandu.
Selain itu, ia menyarankan pendiri startup berfokus menggandakan kualitas tim.
(baca: 23 Ribu Karyawan Startup Global Dipecat pada Kuartal II 2022)