Kekacauan rantai pasokan akibat pandemi Covid-19 telah memperburuk krisis semikonduktor global. Hal itu menjadi tantangan besar bagi pelaku industri otomotif di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menurut Statistik Perdagangan Semikonduktor Dunia (WSTS) dan Semiconductor Industry Association (SIA), penjualan semikonduktor pada 2019 sebesar US$412,3 miliar secara global. Kemudian, pertumbuhan tahunan gabungannya atau compound annual growth rate (CAGR) meningkat pada tahun 2020 sebesar 6,8 persen menjadi US$440,4 miliar pada 2020.
Penjualan semikonduktor di seluruh dunia kembali meningkat menjadi US$555,9 miliar pada tahun 2021 dengan CAGR sebesar 7,18 persen. WSTS memperkirakan penjualan industri semikonduktor mencapai US$601 miliar pada tahun 2022 dan US$633 miliar pada tahun 2023.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) Johannes Loman mengatakan bahwa masalah krisis semikonduktor sudah bisa diatasi oleh para anggotanya.
"Saya kira permasalahan chip sudah bisa diatasi oleh member kita, kan kalau kita lihat sejak Agustus yaitu total market-nya kan sekitar 500-an dan September juga, mungkin yang September belum di-announce ya sudah 500. Jadi menurut saya sih harusnya selesai," kata Loman di Jakarta, Selasa (11/10) seperti dikutip dari Antara.
Meski begitu, dia tidak memungkiri bahwa di Indonesia masih terjadi antrian pemesanan kepemilikan kendaraan baru (inden) yang cukup panjang bagi sebagian kendaraan motor yang memiliki tipe-tipe tertentu.
Menurut dia, masa inden yang panjang terjadi pada kendaraan yang masih diimpor dari negara asal dan juga kendaraan-kendaraan dengan tipe-tipe mesin yang berkapasitas besar.
(baca: Produsen Cip Semikonduktor Terbesar di Dunia Ada di Taiwan)