Sejak awal tahun sampai akhir kuartal III 2022 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan pendapatan bersih Rp11,66 triliun. Pencapaian ini meningkat 9,9% (year-on-year/yoy) dibanding periode sama tahun lalu.
Namun, sampai akhir kuartal III 2022 laba bersih Indocement menurun 21,6% (yoy) menjadi Rp946,85 miliar. Penurunan laba terjadi seiring dengan beban pokok pendapatan yang naik 17,1% (yoy) menjadi Rp8,21 triliun.
Menurut laporan keuangan perusahaan, peningkatan beban terjadi karena naiknya beban bahan baku, upah buruh, bahan bakar dan listrik, serta beban pabrikasi. Beban pokok produksi, penjualan, dan pengepakan juga tercatat lebih besar dibanding tahun lalu.
"Dampak risiko harga komoditas yang dihadapi Kelompok Usaha, terutama sehubungan dengan pembelian bahan baku utama seperti gypsum, batu bara dan bahan bakar. Harga bahan baku tersebut secara langsung dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas, nilai tukar mata uang asing, serta tingkat permintaan dan penawaran di pasar," kata manajemen Indocement dalam laporan keuangannya.
"Kebijakan Kelompok Usaha untuk meminimalkan risiko yang berasal dari fluktuasi harga komoditas adalah dengan mengadakan kontrak pembelian dengan para pemasok, menjaga tingkat optimal persediaan gypsum, batu bara dan bahan bakar untuk produksi yang berkelanjutan. Selain itu, Kelompok Usaha juga berusaha mengurangi risiko tersebut dengan cara mengalihkan kenaikan harga kepada pelanggannya," lanjutnya.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) adalah salah satu produsen semen besar di Indonesia yang beroperasi sejak 1975.
Saat ini Indocement memiliki 13 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 25,5 juta ton semen. Ada 10 pabrik yang berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat; 2 pabrik di Kompleks Pabrik Cirebon, Jawa Barat; dan 1 pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
(Baca: Impor Semen Indonesia Melonjak 73%, Terbanyak dari Tiongkok)