Global Witness melaporkan, terdapat 146 kasus pembunuhan dan penghilangan paksa terhadap aktivis lingkungan dan tanah di dunia pada 2024.
Angka tersebut turun 25,51% dari 2023 yang mencapai 196 kasus. Secara akumulasi sejak 2012 hingga 2024, jumlah kasusnya tembus 2.253.
"Kita tahu bahwa banyak serangan yang tidak dilaporkan, sehingga angka ini kemungkinan lebih rendah dari kenyataan," tulis Global Witness dalam lamannya, dikutip pada Rabu (19/11/2025).
Global Witness juga menghitung, secara rata-rata, sekitar tiga orang dibunuh atau hilang setiap minggu sepanjang 2024.
"Statistik yang mengerikan ini menunjukkan betapa kekerasan terhadap para pembela lingkungan bersifat terus-menerus dan tak kunjung berhenti," kata Global Witness.
Kolombia menjadi negara dengan jumlah pembunuhan aktivis lingkungan terbanyak di dunia, dengan total 48 korban pada 2024. Angka ini sudah turun dari 2023 yang sebesar 79 kasus pembunuhan.
"Sepertiga dari seluruh serangan mematikan yang terdokumentasi secara global pada 2024 terjadi di sini," kata Global Witness.
Indonesia pun masuk dalam daftar ini dengan total 5 kasus pembunuhan, menduduki posisi tujuh teratas. Ini merupakan temuan yang memprihatinkan sebab pada 2023, Indonesia tidak masuk dalam daftar 10 besar.
Korban pada 2024 itu bernama Beni (24 November 2024), Arbaini (24 Juli 2024), Bungaran Samosir (22 Oktober 2024), Adam Djorghi (22 Oktober 2024), dan Russel (15 November 2024).
Berikut daftar lengkap 10 negara dengan kasus pembunuhan (bukan termasuk penghilangan) terhadap aktivis lingkungan dan tanah terbanyak di dunia pada 2024 menurut Global Witness:
- Kolombia: 48 kasus
- Guatemala: 20 kasus
- Meksiko: 19 kasus
- Brasil: 12 kasus
- Filipina: 8 kasus
- Honduras: 6 kasus
- Indonesia: 5 kasus
- Republik Demokratik Kongo: 4 kasus
- Nikaragua: 4 kasus
- Peru: 4 kasus.
(Baca: 10 Negara dengan Pembunuhan Aktivis Lingkungan Tertinggi 2023)