Berdasarkan Environmental Performance Index (EPI) 2024, Indonesia merupakan negara dengan manajemen sampah paling lemah di Asia Tenggara.
EPI adalah indeks yang mengukur kinerja negara-negara dalam menghadapi perubahan iklim, memelihara kesehatan lingkungan, dan menjaga vitalitas ekosistem.
Indeks ini disusun oleh Yale Center for Environmental Law & Policy bersama Center for International Earth Science Information Network Earth Institute—Columbia University, dengan dukungan dari McCall MacBain Foundation.
(Baca: Sampah Indonesia Makin Banyak, TPA Bisa Penuh pada 2028)
Dalam hal manajemen sampah, EPI menilai kinerja negara-negara berdasarkan tiga indikator, yaitu:
- Timbulan sampah per kapita;
- Sampah padat yang dikelola melalui daur ulang, pengomposan, insinerasi, atau dibuang di tempat pembuangan akhir dengan sistem sanitasi (sanitary landfill); serta
- Tingkat pemulihan energi dan material dari sampah yang berkontribusi bagi ekonomi sirkular.
Berbagai indikator ini kemudian diolah menjadi skor berskala 0-100 poin. Skor 0 menunjukkan kinerja manajemen sampah paling buruk, dan 100 paling baik.
Pada 2024, skor manajemen sampah Indonesia hanya 26,7 dari 100 poin. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-122 dari 180 negara yang diriset.
Skor manajemen sampah Indonesia pada 2024 juga paling tertinggal di Asia Tenggara, seperti terlihat pada grafik.
Menurut data EPI, timbulan sampah per kapita Indonesia belum terlalu banyak dibanding negara-negara lain, dengan skor 48 dari 100 poin.
Namun, sampah padat yang dikelola Indonesia hanya sedikit, dengan skor 31,1 dari 100 poin.
Tingkat pemulihan energi dan material sampah untuk ekonomi sirkular Indonesia juga sangat minim, dengan skor 3,1 dari 100 poin.
(Baca: Sampah Indonesia Bertambah, Jadi Peluang bagi Ekonomi Sirkular)