Tren carbon capture and storage (CCS) atau penangkapan dan penyimpanan emisi karbon menguat di skala global.
Hal ini terlihat dari laporan tahunan yang dirilis lembaga riset internasional, Global CCS Institute.
(Baca: Emisi CO2 Sektor Energi dan Industri Global Meningkat pada 2024)
Merujuk laporan tersebut, CCS adalah teknologi untuk menangkap emisi karbon yang dihasilkan industri dan pembangkit listrik energi fosil.
Setelah ditangkap, emisi itu disimpan di bawah tanah secara permanen, dengan cara disuntikkan ke sumur-sumur migas yang sudah kering atau lapisan batuan dengan kedalaman 2-3 kilometer di bawah permukaan bumi.
Dengan begitu, emisi karbon dari industri dan pembangkit listrik energi fosil tidak mencemari udara, sehingga tidak menambah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang memicu perubahan iklim.
"Tidak ada solusi tunggal untuk mengatasi perubahan iklim. Diperlukan kombinasi berbagai solusi, dan CCS menjadi bagian penting dari solusi tersebut," kata Global CCS Institute dalam laporannya.
(Baca: Konsentrasi Gas Rumah Kaca Meningkat, Tembus Rekor pada 2024)
Menurut data Global CCS Institute, jumlah fasilitas untuk menjalankan praktik CCS tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2020 baru ada 26 unit fasilitas CCS yang beroperasi secara global. Lalu pada 2024 jumlahnya menjadi 50 unit.
Dalam periode sama, fasilitas CCS yang sedang dalam tahap konstruksi juga bertambah dari 3 menjadi 44 unit.
Kemudian fasilitas CCS yang masuk tahap perencanaan/pengembangan melonjak dari 34 menjadi 534 unit.
"Regional Amerika terdepan dalam penerapan CCS secara global, dengan 27 proyek beroperasi dan 18 proyek konstruksi pada 2024, tersebar di Amerika Serikat, Brasil, dan Kanada," kata Global CCS Institute dalam laporannya.
"Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin fasilitas CCS global dengan 19 proyek beroperasi, didukung oleh kebijakan strategis yang ditetapkan pemerintah federal," lanjutnya.
(Baca: Potensi Penyimpanan Emisi CO2 dengan Teknologi CCS, Terbesar di AS)