Menurut survei Capgemini Research Institute bersama UNICEF, mayoritas anak muda global usia 16-24 tahun setuju jika para pemimpin bisnis dan politik harus berkontribusi lebih banyak dalam melawan perubahan iklim pada 2025.
Di lingkup negara berkembang (Global South), mayoritas atau 74% anak muda bahkan mengakui bahwa pimpinan bisnis tidak berbuat cukup melawan perubahan iklim.
Sementara itu, 66% kaum muda di negara berkembang sepakat dengan pernyataan pimpinan politik tidak berbuat cukup untuk melawan perubahan iklim.
Mesir menjadi negara di Global South dengan proporsi responden yang paling banyak setuju kalau dua tokoh itu tidak berbuat banyak menanggulangi masalah lingkungan tersebut.
Di bawah Mesir ada Indonesia dengan tingkat kesetujuan tertinggi dibanding pemuda negara berkembang lainnya dalam survei ini.
Berikut hasil lengkap tingkat kesetujuan anak muda di negara berkembang terhadap aksi pebisnis dan politikus yang dinilai tidak cukup melawan perubahan iklim:
- Mesir
Pimpinan bisnis: 93%
Pimpinan politik: 83%
- Indonesia
Pimpinan bisnis: 90%
Pimpinan politik: 84%
- Ethiopia
Pimpinan bisnis: 86%
Pimpinan politik: 82%
- Kenya
Pimpinan bisnis: 81%
Pimpinan politik: 72%
- Turki
Pimpinan bisnis: 79%
Pimpinan politik: 72%
- Brasil
Pimpinan bisnis: 76%
Pimpinan politik: 73%
- Bangladesh
Pimpinan bisnis: 76%
Pimpinan politik: 69%
- Nigeria
Pimpinan bisnis: 74%
Pimpinan politik: 75%
- Pakistan
Pimpinan bisnis: 74%
Pimpinan politik: 69%
- India
Pimpinan bisnis: 72%
Pimpinan politik: 63%
- Afrika Selatan
Pimpinan bisnis: 70%
Pimpinan politik: 67%
- Meksiko
Pimpinan bisnis: 66%
Pimpinan politik: 68%
- Tiongkok
Pimpinan bisnis: 63%
Pimpinan politik: 46%
- Thailand
Pimpinan bisnis: 62%
Pimpinan politik: 49%
- Negara berkembang
Pimpinan bisnis: 74%
Pimpinan politik: 66%
Menurut Capgemini Research Institute dan UNICEF, ketidakpercayaan kaum muda terhadap pimpinan bisnis dan politik mengakibatkan terkikisnya kepercayaan mereka terhadap institusi.
Sementara itu, aktivis iklim Shibani Padhy, menyatakan beberapa perusahaan memang berinvestasi pada energi terbarukan dan mengurangi emisi, tapi banyak juga yang masih memprioritaskan keuntungan jangka pendek dibandingkan keberlanjutan jangka panjang.
“Kita membutuhkan transformasi sistematis, di mana aksi iklim tertanam dalam model bisnis inti. Perusahaan harus mendukung kaum muda dalam mengembangkan keterampilan hijau (green skills) dan mempersiapkan karier di bidang keberlanjutan," ucapnya di laporan Capgemini Research Institute dan UNICEF.
Survei berlangsung pada Februari-Maret 2025 dengan 5.100 responden berusia 16-24 tahun dari berbagai negara di Afrika, Amerika, Asia-Pasifik, dan Eropa. Khusus negara berkembang, total responden sebanyak 4.245 pemuda dan 855 responden dari negara maju (Global North).
(Baca: Hal yang Menghambat Investasi Ramah Lingkungan menurut Investor Global)