Hal yang Menghambat Investasi Ramah Lingkungan menurut Investor Global

Lingkungan

Premium

Akbar Ridwan 16/06/2025 17:50 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut survei Responsible Investor, ada banyak investor global yang merasa terhambat melakukan investasi ramah lingkungan karena kurang peluang atau minimnya produk investasi yang tersedia.

Hambatan dalam Melakukan Investasi Ramah Lingkungan menurut Investor Global (Mei-Juni 2025)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Hal yang Menghambat Investasi Ramah Lingkungan menurut Investor Global”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Hambatan dalam Melakukan Investasi Ramah Lingkungan menurut Investor Global (Mei-Juni 2025)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut survei Responsible Investor, ada berbagai hal yang menghambat investor global dalam melakukan investasi ramah lingkungan.

Investasi ramah lingkungan yang dimaksud adalah penanaman modal yang berkontribusi positif bagi kelestarian alam (nature-positive), seperti melalui reforestasi, energi terbarukan, daur ulang limbah, dan sebagainya.

(Baca: Indonesia, Wadah Investasi Hijau Terbesar di Asia Tenggara)

Sebanyak 56% responden investor global merasa terhambat melakukan hal tersebut karena kurang peluang atau minimnya produk investasi yang tersedia.

Kemudian 54% merasa terhambat karena kurang data, 50% karena kurang dukungan kebijakan atau regulasi, dan 34% karena alasan lain-lainnya.

Survei ini dilakukan pada Mei dan Juni 2025, melibatkan 100 responden dari kalangan manajer dan pemilik aset yang tersebar di Eropa, Amerika Utara, Australia-Selandia Baru, Asia, dan Amerika Latin.

Masing-masing responden mengelola atau memiliki aset dengan kisaran kurang dari US$1 miliar sampai lebih dari US$500 miliar.

"Respons dalam survei ini menggambarkan kemajuan yang positif, tapi juga mengindikasikan masih ada masalah terkait data, kurangnya representasi di tingkat dewan direksi, dan kebutuhan akan regulasi," kata Responsible Investor dalam laporannya.

(Baca: Banyak Perusahaan RI Belum Komitmen Net Zero Emission)

Editor : Adi Ahdiat