"Intensitas emisi gas rumah kaca" adalah ukuran emisi yang dihasilkan dari aktivitas perekonomian.
Intensitas yang turun mengindikasikan ada upaya pengurangan emisi atau dekarbonisasi ekonomi. Sebaliknya, intensitas yang naik mencerminkan aktivitas ekonomi semakin tak ramah lingkungan.
(Baca: 10 Negara Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar 2023)
Menurut data European Commission, pada tahun 1990 intensitas emisi gas rumah kaca Indonesia mencapai 0,44 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2eq) per 1.000 dolar yang dihitung dengan metode purchasing power parity (PPP).
Dengan kata lain, saat itu setiap aktivitas ekonomi di Indonesia yang menghasilkan produk domestik bruto (PDB) senilai 1.000 dolar PPP, menghasilkan pula emisi gas rumah kaca sebanyak 0,44 ton CO2eq.
Pada tahun-tahun berikutnya intensitas emisi Indonesia berfluktuasi dengan kecenderungan turun, hingga menjadi 0,31 ton CO2eq per 1.000 dolar PPP pada 2023.
Capaian tersebut sudah lebih rendah sekitar 30% dibanding tahun 1990.
(Baca: Perkembangan Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia 1970-2023)
Namun, jika dihitung totalnya, emisi gas rumah kaca Indonesia tetap meningkat karena nilai PDB nasional semakin membesar.
European Commission mencatat, total volume emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2023 mencapai 1.200 juta ton CO2eq, melonjak 202% dibanding 1990 dan menjadi rekor tertinggi baru.
Hal ini mengindikasikan bahwa sudah ada upaya pengurangan emisi atau dekarbonisasi ekonomi di Indonesia, tapi belum berdampak signifikan.
Fenomena serupa juga umum terjadi di negara-negara lain.
"Semua negara penghasil emisi utama dunia mengurangi intensitas emisi mereka per unit PDB, kecuali China, yang intensitas emisinya tetap konstan," kata European Commission dalam laporan GHG Emissions of All World Countries 2024.
(Baca: Kenaikan Suhu Global Lampaui 1,5 Derajat Celsius pada 2024)