Laporan terbaru aplikasi pemantau kualitas udara, Nafas, menunjukkan, tingkat polusi udara di Tangerang Selatan (Tangsel) terburuk di Indonesia sepanjang Oktober 2023.
Kadar polusi udara di Tangsel dihitung berdasarkan tingkat polusi particulate matter (PM) 2.5. Tercatat, kota ini memiliki rata-rata konsentrasi PM2.5 sebanyak 60 mikrogram per meter kubik.
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), standar kualitas udara yang baik memiliki bobot konsentrasi PM 2.5 antara 0 sampai 5 mikrogram per meter kubik. Ini artinya, tingkat polusi di Tangsel 12 kali lipat lebih buruk dari standar WHO.
Menurut indeks kualitas udara Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat US EPA, tingkat polusi udara PM 2.5 pada rentang 0-12 mikrogram per meter kubik artinya memiliki kualitas udara baik, sementara rentang 12,1-35,4 mikrogram per meter artinya kualitas udara sedang atau moderat, dan rentang 35,5-55,4 mikrogram per meter kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Berikutnya, kualitas udara tidak sehat berada di rentang 55,5-150,4 mikrogram per meter, lalu kualitas udara sangat tidak sehat berada di rentang 150,5-250,4 mikrogram per meter, dan kualitas udara berbahaya atau beracun memiliki rentang lebih dari 250,4 mikrogram per meter.
Apabila merujuk indeks tersebut, maka kualitas udara di Tangsel tergolong tidak sehat.
Tak hanya Tangsel, Bandung Raya dan Tangerang juga masuk ke kategori tidak sehat pada Oktober 2023. Tercatat, Bandung Raya memiliki rata-rata konsentrasi PM2.5 sebanyak 57 mikrogram per meter kubik, sedangkan Tangerang 55 mikrogram per meter kubik.
Co-founder & CEO of Nafas Nathan Roestandy mengatakan bahwa memasuki kuartal terakhir 2023, Indonesia tengah beranjak ke musim peralihan.
Musim kemarau tahun ini, menurut Nathan, lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ada dampak yang sangat dirasakan, seperti kekeringan yang meluas, kasus kebakaran yang bertambah, dan peningkatan tingkat polusi udara.
“Khususnya di bulan Oktober, kita menyaksikan lonjakan polusi tinggi dibandingkan tahun lalu,” kata Nathan dilansir dari laporan tersebut.
Adapun data Nafas juga menunjukkan, jumlah jam udara pada kategori tidak sehat pada Oktober 2023 naik hingga 50% dibandingkan bulan Oktober 2022. “Polusi naik 50% pada Oktober tahun ini, lebih buruk dibandingkan 2022,” kata Nafas.
Menurut Nathan, perjalanan menuju udara bersih dan sehat masih panjang. Ia pun mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan selalu memeriksa kualitas udara sebelum beraktivitas keluar rumah.
Berikut 10 kota dengan tingkat polusi udara PM 2.5 tertinggi di Indonesia pada Oktober 2023:
- Tangerang Selatan: 60 mikrogram per meter kubik (tidak sehat)
- Bandung Raya: 57 mikrogram per meter kubik (tidak sehat)
- Tangerang: 55 mikrogram per meter kubik (tidak sehat)
- Bogor: 54 mikrogram per meter kubik (moderat)
- Depok: 51 mikrogram per meter kubik (moderat)
- Bekasi: 51 mikrogram per meter kubik (moderat)
- DKI Jakarta: 48 mikrogram per meter kubik (moderat)
- Malang Raya: 47 mikrogram per meter kubik (moderat)
- DI Yogyakarta: 44 mikrogram per meter kubik (moderat)
- Semarang: 42 mikrogram per meter kubik (moderat)
(Baca: Jatibening Masuk ke Daftar 15 Daerah dengan Kualitas Udara Terbaik di Indonesia per September 2023)