Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk laki-laki di perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2024 sebesar 26,3 persen. Data historis menunjukkan adanya fluktuasi selama periode 2009-2024. Terjadi kenaikan tertinggi pada tahun 2015 dengan pertumbuhan mencapai 12,46 persen, namun kemudian disusul penurunan tajam pada tahun 2016 turun 9,22 persen. Tahun 2024 sendiri menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 3,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun terakhir (2022-2024), persentase keluhan kesehatan penduduk laki-laki perkotaan di Jawa Timur menunjukkan angka yang lebih baik. Rata-rata tiga tahun terakhir adalah 27,21 persen, sedangkan pada tahun 2024 tercatat 26,3 persen. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (2020-2024) sebesar 28,21 persen, kondisi tahun 2024 masih lebih rendah. Secara ranking, pada tahun 2024 Jawa Timur menduduki peringkat ke-3 di pulau Jawa dan peringkat ke-10 secara nasional.
(Baca: Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan Rumah Milik Sendiri di Periode 2013-2023)
Anomali terlihat pada tahun 2015 dengan lonjakan pertumbuhan yang signifikan, diikuti penurunan drastis pada tahun berikutnya. Hal ini mengindikasikan adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kondisi kesehatan penduduk laki-laki perkotaan di Jawa Timur pada periode tersebut. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2016, tetapi trennya kembali meningkat walaupun tidak signifikan.
Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, Jawa Timur berada di peringkat ke-3 dalam hal persentase penduduk laki-laki perkotaan yang memiliki keluhan kesehatan. Jawa Barat memiliki persentase lebih rendah yaitu 25,54 persen, sedangkan DI Yogyakarta lebih tinggi yaitu 27,42 persen. Secara nasional, Jawa Timur menempati peringkat ke-10, menunjukkan bahwa masalah keluhan kesehatan pada penduduk laki-laki perkotaan masih menjadi perhatian di provinsi ini.
Secara keseluruhan, data persentase penduduk laki-laki di perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan di Jawa Timur menunjukkan fluktuasi dari tahun 2009 hingga 2024. Meskipun terjadi pertumbuhan positif di tahun 2024, persentase ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan penduduk laki-laki perkotaan di Jawa Timur, terutama terkait anomali yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016.
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan menduduki peringkat ke-7 secara nasional dan ke-3 di Pulau Sumatera dengan nilai 28,06 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi penurunan tipis sebesar 0,5 persen, namun pertumbuhan dalam lima tahun terakhir menunjukkan fluktuasi yang cukup tinggi. Meskipun demikian, posisinya di tingkat pulau masih cukup baik. Rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir di Sumatera Selatan sebesar 2,2 persen.
(Baca: Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kab. Agam | 2024)
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung mencatatkan persentase 27,75 persen, menempatkannya pada peringkat ke-8 secara nasional dan ke-4 di Pulau Sumatera. Pertumbuhan menunjukkan angka positif sebesar 2,55 persen, lebih tinggi dibandingkan Sumatera Selatan. Walaupun demikian, peringkatnya di tingkat nasional masih di bawah Sumatera Selatan. Rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 5,8 persen.
DI Yogyakarta
DI Yogyakarta mencatatkan persentase 27,42 persen dan menduduki peringkat ke-9 secara nasional dan ke-2 di Pulau Jawa. Pertumbuhan mencapai 11,87 persen. Kenaikan pertumbuhan ini paling tinggi dibandingkan provinsi lain di pulau Jawa, sekaligus menunjukkan perhatian lebih terhadap kesehatan penduduk laki-laki di perkotaan.
Lampung
Provinsi Lampung menempati urutan ke-11 secara nasional dan peringkat ke-5 di Pulau Sumatera, dengan persentase 25,94 persen. Pertumbuhan mencapai 10,2 persen. Dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, pertumbuhan di Lampung cukup baik, menandakan adanya peningkatan kesadaran dan upaya dalam menangani keluhan kesehatan.
Kep. Riau
Kepulauan Riau menempati peringkat ke-12 secara nasional dan menduduki posisi terakhir di Pulau Sumatera dengan persentase 25,66 persen. Pertumbuhan mengalami penurunan drastis turun 14,92 persen, menjadi yang terendah di antara provinsi-provinsi yang dibandingkan. Data ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang perlu dievaluasi lebih lanjut di Kepulauan Riau.
Jawa Barat
Jawa Barat menempati peringkat ke-13 secara nasional dengan nilai 25,54 persen, sekaligus menjadi yang terendah di Pulau Jawa. Pertumbuhan mencapai 11,29 persen. Data ini menunjukan perhatian serius Pemerintah Jawa Barat terhadap kesehatan penduduk laki-laki di perkotaan.