Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah desa di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, yang sebagian besar keluarganya menggunakan kayu bakar untuk memasak mencapai 172 desa pada tahun 2024.
Angka ini menunjukkan sedikit kenaikan sebesar 2,99% dibandingkan tahun 2021 yang tercatat 167 desa. Walaupun demikian, jika dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (2019-2021) yang sebesar 137,3 desa, angka tahun 2024 ini mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Namun, jika dilihat dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2018-2021), rata-rata jumlah desa adalah 145,25, menunjukkan bahwa pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir sedikit lebih tinggi. Secara historis, kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2020 dengan pertumbuhan 126,67% sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2019 dengan penurunan -55,62%.
(Baca: Jumlah Penginapan/ Hostel di Riau | 2024)
Di tingkat Pulau Sulawesi, Kabupaten Poso menduduki peringkat ke-11 pada tahun 2024. Secara nasional, Kabupaten Poso berada di peringkat ke-165. Data perbandingan menunjukkan bahwa Kabupaten Gorontalo memiliki jumlah desa dengan penggunaan kayu bakar lebih tinggi dan menduduki peringkat ke-10 di pulau Sulawesi. Kabupaten Minahasa Selatan, juga berada di atas Kabupaten Poso dengan peringkat ke-12 di pulau Sulawesi.
Kenaikan tertinggi dalam penggunaan kayu bakar terjadi pada tahun 2020 dengan pertumbuhan sebesar 126.67%, sebuah anomali jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan kondisi ekonomi masyarakat atau ketersediaan bahan bakar alternatif yang belum merata. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2019, dengan penurunan turun 55.62%, menunjukkan fluktuasi yang signifikan dalam pola penggunaan kayu bakar di Kabupaten Poso. Kondisi ini fluktuatif karena adanya kenaikan yang signifikan pada tahun 2020, diikuti penurunan di tahun berikutnya.
Ranking Kabupaten Poso di Pulau Sulawesi mengalami penurunan dari peringkat 8 pada tahun 2014 menjadi peringkat 11 pada tahun 2024. Namun, nilai tahun terakhir yaitu 172 desa, menunjukkan sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya, meskipun posisinya dalam peringkat pulau mengalami penurunan. Ini mengindikasikan bahwa wilayah lain di Sulawesi juga mengalami peningkatan dalam jumlah desa yang menggunakan kayu bakar.
Anomali terjadi pada tahun 2020, dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir, pertumbuhan ini jauh di atas rata-rata. Hal ini perlu menjadi perhatian untuk dianalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor penyebabnya.
Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Selatan berada di peringkat ke-42 di Pulau Sumatera dengan nilai 174 desa. Terjadi penurunan sebesar 3.87% dibandingkan tahun sebelumnya. Peringkat secara nasional adalah 162. Walaupun berada di peringkat yang cukup jauh, Pesisir Selatan tetap menjadi bagian penting dari gambaran penggunaan kayu bakar di Sumatera. Adanya penurunan persentase menunjukkan adanya upaya atau perubahan yang terjadi di daerah tersebut terkait penggunaan bahan bakar memasak.
(Baca: Persentase Desa dengan Jaringan Sinyal 3G/H/H+/EVDO di Sulawesi Selatan | 2024)
Kabupaten Purwakarta
Kabupaten Purwakarta, satu-satunya perwakilan dari Pulau Jawa dalam data ini, mencatatkan nilai 174. Pertumbuhan menunjukkan penurunan sebesar 2.25%. Dengan peringkat ke-67 di pulau Jawa, Purwakarta menunjukkan kondisi yang perlu diperhatikan, terutama karena Jawa memiliki tingkat urbanisasi dan akses energi yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lain.
Kabupaten Gorontalo
Kabupaten Gorontalo menempati peringkat ke-10 di Pulau Sulawesi dengan nilai 174. Terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 14.29%. Meski begitu, nilai ini menempatkan Gorontalo sebagai salah satu wilayah dengan penggunaan kayu bakar yang tinggi di Sulawesi. Perlu ada analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penurunan yang signifikan ini.
Kabupaten Halmahera Barat
Kabupaten Halmahera Barat berada di peringkat ke-6 di Pulau Maluku, dengan nilai 173. Pertumbuhan sebesar 2.98% menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan posisi ini, Halmahera Barat menjadi representasi penting dari kondisi penggunaan kayu bakar di wilayah Maluku.
Kabupaten Kota Waringin Timur
Kabupaten Kota Waringin Timur, satu-satunya perwakilan dari Kalimantan, menduduki peringkat ke-11 di pulau tersebut dengan nilai 172. Pertumbuhan mencapai 9.55%, menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini bisa menjadi indikasi adanya perubahan dalam akses atau preferensi masyarakat terhadap bahan bakar memasak di wilayah tersebut.
Kabupaten Minahasa Selatan
Kabupaten Minahasa Selatan berada di peringkat ke-12 di Pulau Sulawesi, dengan nilai 171. Terjadi penurunan sebesar 2.29% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Minahasa Selatan harus terus berupaya mencari solusi yang berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada kayu bakar.
Kabupaten Bener Meriah
Kabupaten Bener Meriah berada di peringkat ke-43 di Pulau Sumatera dengan nilai 171. Terjadi penurunan sebesar 3.93%. Peringkat dan nilai ini mencerminkan kondisi yang perlu diperhatikan di Bener Meriah, terutama dalam upaya diversifikasi sumber energi untuk memasak.