Kementerian Pertanian - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencatat populasi Itik/Itik Manila di Sulawesi Tenggara pada tahun 2024 sebanyak 162.767 Ekor. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan turun 78.08% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 681.625 Ekor. Penurunan ini merupakan anomali jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2021-2023) yang berada di angka 652.390 Ekor dan rata-rata 5 tahun terakhir (2019-2023) yang mencapai 625.063 Ekor, yang menunjukkan bahwa populasi itik di Sulawesi Tenggara sedang dalam kondisi tidak stabil.
Secara historis, populasi Itik/Itik Manila di Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2023 dengan pertumbuhan mencapai 4.06%, sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2024 dengan penurunan turun 78.08%. Kenaikan yang signifikan pada tahun 2023 tidak dapat dipertahankan, dan penurunan drastis pada tahun 2024 menjadi perhatian serius.
(Baca: Umur Harapan Hidup (AHH) di Jawa Timur | 2024)
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sulawesi, Sulawesi Tenggara menempati peringkat ke-3. Sulawesi Tengah menduduki peringkat pertama dengan populasi 301.952 Ekor, diikuti Sulawesi Barat. Secara nasional, Sulawesi Tenggara menempati peringkat ke-18. Penurunan populasi yang signifikan ini berdampak pada posisi ranking Sulawesi Tenggara baik di tingkat pulau maupun nasional.
Anomali penurunan populasi Itik/Itik Manila di Sulawesi Tenggara pada tahun 2024 perlu ditelusuri lebih lanjut. Faktor-faktor seperti penyakit, perubahan iklim, atau perubahan kebijakan peternakan dapat menjadi penyebab penurunan ini. Diperlukan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah ini dan memulihkan populasi itik di Sulawesi Tenggara.
Kondisi ini memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan instansi terkait. Langkah-langkah strategis seperti penyediaan bibit unggul, peningkatan kualitas pakan, dan pengendalian penyakit perlu dilakukan untuk meningkatkan kembali populasi Itik/Itik Manila di Sulawesi Tenggara.
Sulawesi Tengah
Dengan populasi itik mencapai 301.952 ekor, Sulawesi Tengah menduduki peringkat ke-2 di pulau Sulawesi. Meskipun mengalami penurunan turun 78.67%, Sulawesi Tengah tetap menjadi wilayah dengan populasi itik yang cukup signifikan. Penurunan ini disebabkan banyak faktor, seperti kurangnya bibit unggul, wabah penyakit atau kurangnya pasokan pakan.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Buton Utara Periode 2007 - 2024)
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat mencatatkan populasi itik sebanyak 181.562 ekor dan menduduki peringkat ke-2 di Pulau Kalimantan. Pertumbuhan populasi itik di Kalimantan Barat cukup baik dengan angka 11.91%. Walaupun menduduki ranking yang baik di Kalimantan, populasi itik di daerah ini memiliki selisih yang cukup besar jika dibandingkan dengan Sulawesi Tengah.
Kalimantan Timur
Populasi itik di Kalimantan Timur mencapai 176.467 ekor dan berada di peringkat ke-3 di Pulau Kalimantan. Penurunan yang cukup besar terjadi pada wilayah ini dengan angka -47.66%. Penurunan ini menempatkan Kalimantan Timur pada posisi yang kurang baik jika dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan.
Jambi
Dengan populasi 154.478 ekor, Jambi berada di peringkat ke-6 di Pulau Sumatera. Penurunan populasi itik di Jambi sangat signifikan dengan angka -74.3%, menempatkan Jambi pada posisi yang kurang baik. Diperlukan upaya khusus untuk meningkatkan populasi itik di Jambi dan mengembalikan posisinya di Pulau Sumatera.
Riau
Riau memiliki populasi itik sebanyak 150.981 ekor dan menempati peringkat ke-7 di Pulau Sumatera. Penurunan juga terjadi di Riau dengan angka -47.43%. Dengan demikian, Riau perlu berupaya lebih keras untuk meningkatkan populasi itiknya dan memperbaiki posisinya di Pulau Sumatera.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatatkan populasi itik sebanyak 148.642 ekor dan menduduki peringkat ke-3 di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Penurunan populasi itik di NTT cukup besar dengan angka -51.98%. Ini menempatkan NTT pada posisi yang kurang baik di wilayahnya.