Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah desa di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, yang sebagian besar keluarga masih menggunakan minyak tanah untuk memasak adalah 1 desa pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 10 desa.
Penurunan penggunaan minyak tanah di Takalar cenderung fluktuatif dalam lima tahun terakhir. Tahun 2018 menunjukkan lonjakan signifikan dengan 27 desa, kemudian menurun menjadi 9 desa pada tahun 2020, dan kembali naik sedikit menjadi 10 desa pada tahun 2021. Namun, pada tahun 2024, jumlah desa pengguna minyak tanah kembali ke angka 1 desa, sama seperti tahun 2014. Rata-rata penggunaan minyak tanah dalam tiga tahun terakhir (2020-2024) adalah 6.67 desa, menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir (2014-2024) yaitu 9.6 desa.
(Baca: Jumlah Rumah Sakit di Kalimantan Utara | 2024)
Secara persentase, penurunan penggunaan minyak tanah pada tahun 2024 adalah sebesar 90% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi penurunan terendah dalam lima tahun terakhir. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2018 dengan pertumbuhan 2600% dibandingkan tahun 2014.
Pada tahun 2024, Kabupaten Takalar menempati peringkat 66 untuk penggunaan minyak tanah di tingkat pulau Sulawesi dan peringkat 461 di tingkat nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Takalar termasuk wilayah dengan tingkat penggunaan minyak tanah terendah dibandingkan kabupaten/kota lain di Sulawesi dan Indonesia.
Anomali terjadi pada tahun 2018 ketika terjadi lonjakan penggunaan minyak tanah. Namun, data selanjutnya menunjukkan bahwa kondisi ini tidak bertahan lama dan penggunaan minyak tanah terus mengalami penurunan.
Kabupaten Jembrana
Kabupaten Jembrana menempati peringkat 36 di pulau Nusa Tenggara dan Bali, serta peringkat 461 secara nasional. Nilai indikatornya adalah 1, sama dengan tahun sebelumnya, sehingga tidak mengalami pertumbuhan. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya diversifikasi energi rumah tangga di Jembrana sudah cukup baik, meskipun masih ada sebagian kecil keluarga yang menggunakan minyak tanah. Kabupaten ini berhasil mempertahankan posisinya dengan nilai stabil.
(Baca: Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan Rumah Kontrak/Sewa di Periode 2013-2024)
Kota Serang
Dengan nilai indikator 1, Kota Serang menempati peringkat 461 secara nasional dan menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini tercermin dari selisih -1 dengan tahun sebelumnya, yang berarti ada pengurangan jumlah keluarga yang menggunakan minyak tanah. Meskipun demikian, Kota Serang perlu terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada minyak tanah dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih. Kota Serang mengalami pertumbuhan negatif turun 50%.
Kabupaten Badung
Kabupaten Badung menempati peringkat 36 di pulau Nusa Tenggara dan Bali serta peringkat 461 secara nasional. Nilai indikatornya adalah 1. Kabupaten Badung mencatatkan pertumbuhan negatif turun 66.67%, dan selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah -2. Angka ini mengindikasikan bahwa masih ada pekerjaan rumah untuk menekan penggunaan minyak tanah.
Kabupaten Bengkayang
Kabupaten Bengkayang menduduki peringkat 51 di pulau Kalimantan, dengan nilai indikator tetap 1. Penurunan penggunaan minyak tanah di Bengkayang mencapai 66.67% dibandingkan tahun sebelumnya. Selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah -2. Ini menandakan Kabupaten Bengkayang perlu menggiatkan program-program konversi energi yang lebih efektif. Secara nasional, Bengkayang berada di peringkat 461.
Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang mencatatkan nilai indikator 1 dan menduduki peringkat 105 di pulau Jawa. Dengan pertumbuhan negatif turun 75%, selisih nilai dengan tahun sebelumnya adalah -3. Kabupaten Pandeglang berada di peringkat 461 secara nasional. Pandeglang perlu meningkatkan upaya sosialisasi dan penyediaan alternatif energi yang lebih terjangkau bagi masyarakat.