Awal April 2023, ada sekitar 60.000 penggugat yang mengajukan tuntutan hukum kepada anak perusahaan Johnson & Johnson (J&J), yakni LTL Management.
Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) itu mendapat gugatan massal karena produk bedak bayi mereka dituding mengandung asbestos, senyawa kimia yang memicu kanker.
Menurut laporan investigasi Reuters yang berjudul Johnson & Johnson knew for decades that asbestos lurked in its Baby Powder (2018), sejak tahun 1970-an sudah ada berbagai penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa bedak bayi J&J memiliki kandungan asbestos.
Namun, J&J membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa produknya aman.
"Perusahaan tetap percaya bahwa klaim itu (bedak J&J mengandung asbestos) palsu dan kurang ilmiah," kata manajemen J&J dalam siaran persnya, Selasa (4/3/2023).
Kendati membantah, J&J menyatakan akan menghentikan produksi dan penjualan produk bedak bayinya mulai 2023.
Kemudian LTL Management, anak perusahaan J&J yang menjadi tergugat, kini sedang mengajukan permohonan pailit ke pengadilan AS dalam rangka menyelesaikan kasus bedak tersebut.
Mereka juga menyatakan akan membayar uang kompensasi kepada seluruh penggugatnya, supaya kasus ini bisa diselesaikan secara "efisien". Total nilai uang kompensasinya mencapai USD 8,9 miliar (sekitar Rp133 triliun) dan akan dicicil selama 25 tahun.
"Seperti yang diakui oleh pengadilan, penyelesaian kasus ini dengan sistem gugatan akan memakan waktu puluhan tahun dan membebankan biaya yang signifikan pada LTL dan sistem,"kata manajemen J&J (4/3/2023).
"Ini bukan pengakuan kesalahan ataupun indikasi perusahaan mengubah pendirian bahwa produk bedaknya aman. J&J dan perusahaan afiliasi lainnya tidak mengajukan pailit dan akan terus menjalankan bisnis seperti biasa," katanya lagi.
Meski terbelit masalah, pada 2022 J&J berhasil mencetak pendapatan USD 94,94 miliar atau sekitar Rp1.424 triliun, meningkat 1,3% dibanding 2021 (year-on-year/yoy) sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Pendapatan J&J pada 2022 berasal dari hasil penjualan produk farmasi dan obat resep dokter (USD 52,6 miliar), alat-alat dan teknologi medis (USD 27,4 miliar), serta produk kecantikan, perawatan bayi, dan perawatan kesehatan konsumen lainnya (USD 15 miliar).
Capaian itu juga menjadikan J&J perusahaan farmasi dengan pendapatan terbesar nomor 4 di dunia pada 2022, di bawah CVS Health, Walgreens Boots Alliance, dan Pfizer.
(Baca: Pfizer Jadi Perusahaan Farmasi Terbesar di Dunia pada 2021)