Data yang dihimpun World Health Organization (WHO) menunjukkan, estimasi kematian akibat penyakit tuberkulosis atau TBC di Indonesia berfluktuasi dalam sedekade terakhir.
Pada 2013, total kematian TBC diestimasikan menelan 112,24 ribu orang. Adapun interval ketidakpastian terendah hingga tertinggi, yakni 105,03 ribu-119,69 ribu orang.
Angka kematian kemudian konsisten menurun hingga mencapai titik terendahnya pada 2019 sebesar 97,1 ribu kasus atau orang meninggal dengan interval ketidakpastiannya 90,25 ribu-104,29 ribu.
Setelahnya, kematian akibat penyakit ini kembali meningkat. Puncaknya pada 2022 yang mencapai 144,3 ribu orang dengan interval ketidakpastian 122,05 ribu-163,10 ribu.
Data terakhir pada 2023, angkanya menurun. Tercatat, kematian akibat TBC mencapai 130,9 ribu kasus dengan rentang ketidakpastian 111,79 ribu-148,24 ribu.
Berikut estimasi jumlah kematian akibat TBC di Indonesia beserta interval ketidakpastiannya dengan pembulatan sesuai pendataan portal WHO:
- 2013: 112.249 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 105.035-119.698 orang
- 2014: 108.983 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 101.584-116.637 orang
- 2015: 103.888 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 96.871-111.147 orang
- 2016: 101.294 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 94.632-108.180 orang
- 2017: 100.748 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 93.799-107.941 orang
- 2018: 99.037 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 92.064-106.261 orang
- 2019: 97.148 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 90.252-104.294 orang
- 2020: 108.270 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 97.895-114.702 orang
- 2021: 139.268 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 120.548-152.754 orang
- 2022: 144.271 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 122.059-163.102 orang
- 2023: 130.927 orang meninggal
Interval ketidakpastian: 111.794-148.244 orang.
(Baca juga: WHO dan PBB Komit Akhiri TBC, Ini Capaian dan Targetnya)