Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, PDRB ADHB Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Provinsi Bali pada tahun 2024 mencapai Rp 63.912,74 miliar. Angka ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 16,88% dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan ini mengindikasikan sektor pariwisata dan kuliner di Bali terus menunjukkan pemulihan yang signifikan setelah terdampak pandemi. Kenaikan ini lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan 3 tahun terakhir (20.52%, 23.96%, 16.88%), namun masih di bawah rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir (9.14%, 7.24%, -29.84%, -10.93%, 20.52%) sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Secara historis, pertumbuhan PDRB Akomodasi dan Makan Minum di Bali menunjukkan fluktuasi. Terjadi lonjakan signifikan pada periode 2010-2019, namun mengalami penurunan tajam pada tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi. Kenaikan tertinggi tercatat pada tahun 2014 dengan pertumbuhan mencapai 24.87%. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2020 dengan kontraksi turun 29.84%. Anomali ini jelas menunjukkan dampak besar pandemi terhadap sektor pariwisata Bali. Jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun sebelum pandemi, pertumbuhan sektor ini pasca-pandemi menunjukkan tren pemulihan yang menggembirakan, meski belum sepenuhnya kembali ke level sebelum pandemi.
(Baca: PDRB ADHB di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Sektor pada 2024)
Pada tahun 2024, Bali menduduki peringkat pertama di wilayah Nusa Tenggara dan Bali untuk PDRB Akomodasi dan Makan Minum. Secara nasional, Bali berada di peringkat kelima. Nilai PDRB Bali masih di bawah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Pertumbuhan Bali sebesar 16,88% juga berada di bawah Jawa Timur (9.54%), DKI Jakarta (10.71%), Jawa Barat (9%), dan Jawa Tengah (12.08%). Hal ini mengindikasikan bahwa pemulihan sektor pariwisata di Bali berjalan baik, tetapi masih perlu ditingkatkan untuk dapat bersaing dengan provinsi-provinsi besar di Pulau Jawa.
Kenaikan PDRB tertinggi sepanjang periode data historis terjadi pada tahun 2014 dengan pertumbuhan 24.87%. Sementara penurunan terdalam terjadi pada tahun 2020 dengan kontraksi -29.84%. Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya sektor pariwisata Bali terhadap guncangan eksternal seperti pandemi. Pemulihan yang terjadi pasca-pandemi adalah bukti ketangguhan sektor ini, namun diversifikasi ekonomi perlu terus diupayakan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor pariwisata semata.
Meskipun Bali memimpin di Nusa Tenggara dan Bali, posisinya secara nasional masih di bawah beberapa provinsi di Jawa. Data perbandingan menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB Akomodasi dan Makan Minum di Bali lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Ini menunjukkan bahwa Bali memiliki potensi besar untuk terus mengembangkan sektor pariwisata dan kuliner. Peningkatan infrastruktur, promosi pariwisata yang lebih gencar, dan pengembangan produk wisata baru dapat menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing Bali di tingkat nasional maupun internasional.
Jawa Timur
Jawa Timur menempati posisi puncak secara nasional dengan nilai PDRB Akomodasi dan Makan Minum mencapai Rp 189.716,7 miliar. Meski memimpin, pertumbuhannya sebesar 9.54% berada di bawah Bali. Ini mengindikasikan, walaupun secara nilai absolut Jawa Timur unggul, namun Bali menunjukkan laju pemulihan yang lebih cepat.
(Baca: PDRB ADHB di Kabupaten Kepulauan Yapen Menurut Sektor pada 2024)
DKI Jakarta
DKI Jakarta berada di urutan kedua secara nasional dengan nilai PDRB sebesar Rp 178.510,88 miliar dan pertumbuhan 10.71%. Pertumbuhan ini menempatkan DKI Jakarta di atas rata-rata nasional. Dengan posisinya sebagai pusat bisnis dan pemerintahan, sektor akomodasi dan makan minum di Jakarta memiliki peran strategis dalam mendukung aktivitas ekonomi.
Jawa Barat
Jawa Barat menduduki peringkat ketiga dengan nilai PDRB Rp 86.660,11 miliar. Pertumbuhan sebesar 9% menempatkan Jawa Barat sedikit di bawah rata-rata nasional. Dengan potensi pariwisata yang beragam dan populasi yang besar, Jawa Barat memiliki peluang besar untuk terus mengembangkan sektor akomodasi dan makan minum.
Jawa Tengah
Jawa Tengah berada di peringkat keempat secara nasional dengan nilai PDRB sebesar Rp 64.731,32 miliar. Pertumbuhannya mencapai 12.08%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Peningkatan ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan pelaku bisnis di sektor akomodasi dan makan minum.
Bali
Bali, dengan nilai PDRB Rp 63.912,74 miliar dan pertumbuhan 16.88%, menempati urutan kelima secara nasional. Meskipun berada di peringkat kelima, Bali mencatatkan pertumbuhan tertinggi di antara lima provinsi teratas. Hal ini membuktikan bahwa sektor pariwisata Bali tengah mengalami pemulihan yang kuat pasca-pandemi.