Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk laki-laki di perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan di DI Yogyakarta pada tahun 2024 sebesar 27,42 persen. Terjadi peningkatan sebesar 2,91 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun ada kenaikan, nilai ini masih di bawah rata-rata 3 tahun terakhir (29,41 persen). Jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (31,12 persen), persentase keluhan kesehatan penduduk laki-laki di perkotaan tahun 2024 mengalami penurunan yang signifikan.
Dari data historis, terlihat fluktuasi persentase keluhan kesehatan penduduk laki-laki di perkotaan DI Yogyakarta. Terjadi penurunan tajam pada tahun 2023 menjadi 24,51 persen, namun kembali meningkat di tahun 2024. Kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2018 dengan pertumbuhan mencapai 14,96 persen, sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2023 dengan penurunan turun 21,37 persen.
(Baca: Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kota Jakarta Timur | 2024)
Ranking DI Yogyakarta menurut pulau Jawa pada tahun 2024 adalah kedua, menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun 2023 yang berada di posisi keempat. Secara nasional, DI Yogyakarta menempati peringkat ke-9. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penduduk laki-laki perkotaan yang memiliki keluhan kesehatan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa provinsi lain di Indonesia.
Kenaikan tertinggi dalam data historis terjadi pada tahun 2014, dengan persentase 41,04 persen. Sementara penurunan terendah tercatat pada tahun 2018 sebesar 29,74 persen. Anomali terjadi pada tahun 2023 yang memperlihatkan penurunan signifikan, namun kembali naik pada tahun 2024, meski belum mencapai angka rata-rata 3 atau 5 tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, persentase penduduk laki-laki di perkotaan DI Yogyakarta yang mengeluhkan masalah kesehatan menunjukkan dinamika tersendiri. Tahun 2024 memperlihatkan peningkatan setelah sempat menurun drastis, tetapi masih berada di bawah rata-rata tahunan. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan penduduk laki-laki di perkotaan DI Yogyakarta.
Sumatera Barat
Sumatera Barat menempati urutan ke-6 secara nasional dengan persentase penduduk laki-laki perkotaan yang memiliki keluhan kesehatan sebesar 28,5 persen. Terjadi kenaikan tipis 5,67 persen, atau sebesar 1,53 persen poin, dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, capaian ini masih di bawah rata-rata beberapa tahun terakhir. Ranking Sumatera Barat di pulau Sumatera adalah kedua.
(Baca: Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kab. Barito Kuala | 2024)
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan mencatatkan persentase 28,06 persen, menempatkannya di urutan ke-7 secara nasional. Pertumbuhan tahunan menunjukkan penurunan turun 1,75 persen. Sumatera Selatan menduduki peringkat ke-3 di pulau Sumatera. Penurunan tersebut mencerminkan dinamika yang perlu diperhatikan lebih detail.
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung berada di peringkat ke-8 secara nasional dengan persentase 27,75 persen. Pertumbuhan keluhan kesehatan di wilayah ini menunjukkan kenaikan positif sebesar 2,55 persen. Posisi ini menempatkan Bangka Belitung di urutan ke-4 di antara provinsi-provinsi di Sumatera. Persentase ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Jawa Timur
Jawa Timur mencatatkan persentase 26,3 persen, yang menempatkannya di urutan ke-10 secara nasional. Wilayah ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 3,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jawa Timur berada pada urutan ke-3 untuk pulau Jawa. Capaian ini menunjukkan kinerja yang cukup baik dalam hal kesehatan penduduk laki-laki di perkotaan.
Lampung
Lampung menempati peringkat ke-11 secara nasional dengan persentase 25,94 persen. Pertumbuhan keluhan kesehatan di Lampung meningkat sebesar 10,2 persen dari tahun sebelumnya. Lampung menduduki peringkat ke-5 di pulau Sumatera. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Kep. Riau
Kepulauan Riau berada di urutan ke-12 secara nasional dengan persentase 25,66 persen. Pertumbuhan menunjukkan penurunan signifikan turun 14,92 persen. Di pulau Sumatera, Kepulauan Riau berada di peringkat ke-6. Penurunan ini memerlukan perhatian lebih untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya.