Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) menyebut, lebih dari separuh orang dewasa berusia di atas 18 tahun di Palestina menderita depresi. Data ini diambil dari Survei Kondisi Psikologis 2022.
Lengkapnya, sebanyak 50% dari orang dewasa di Tepi Barat menderita depresi. Angka di Jalur Gaza lebih tinggi, yakni 71% dari populasi orang dewasa.
"Kesehatan mental adalah hak asasi manusia yang mendasar," tulis tim PCBS dalam laporan yang dipublikasikan untuk memperingati Hari Kesehatan Dunia, 7 April 2023 lalu.
Di samping itu, World Bank menyebut sekira 7% orang dewasa di Tepi Barat dan Gaza dinyatakan positif mengidap gangguan stres pascatrauma (PTSD) berdasarkan skor gejala yang mereka alami.
World Bank melihat penduduk Gaza lebih mungkin terkena peristiwa traumatis dibandingkan warga Palestina di Tepi Barat. Survei menunjukkan bahwa 65% warga Gaza pernah terkena peristiwa traumatis dalam 12 bulan terakhir, sementara proporsi penduduk Tepi Barat sebanyak 35% mengalami hal serupa.
Hal yang menjadi sorotan bagi World Bank, warga Gaza lebih kecil kemungkinannya untuk menunjukkan gejala yang mirip dengan gangguan stres pascatrauma dibandingkan warga Tepi Barat.
"Alih-alih mengalami gejala PTSD, trauma yang dialami warga Palestina, dan khususnya warga Gaza, bisa bermanifestasi dalam bentuk depresi dan kecemasan yang lain, lebih luas," tulis World Bank pada 14 Juni 2023 lalu.
Selain perang, kondisi trauma diperkuat dari ketidakberdayaan ekonomi dan tingginya pengangguran serta kurangnya prospek ekonomi. Pada akhir 2022, angka pengangguran mencapai 24% secara nasional. Dirinci lagi, pengangguran di Gaza sebesar 45% dan Tepi Barat sebesar 13%.
"Hasil PPCS menunjukkan hubungan yang jelas antara status angkatan kerja dan risiko depresi. Memiliki pekerjaan dan bekerja penuh waktu berkorelasi dengan skor gejala depresi yang jauh lebih rendah," tulis World Bank.
(Baca juga: Melihat Angka Harapan Hidup Warga Palestina, Jatuh Drastis pada 1973)