Di tengah serangan berkepanjangan Israel terhadap Palestina yang sudah terjadi sejak 1948, masih ada anak-anak Palestina yang berjuang untuk lepas dari gizi buruk.
Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) menyebut, indikator gizi buruk itu meliputi stunting, wasting, dan underweight. Meski masih ada yang terkena gizi buruk, pemerintah Palestina meyakinkan bahwa angkanya sudah berkurang drastis dalam sedekade terakhir.
Pada 2010, prevalensi stunting atau tengkes Palestina mencapai 10,9%. Prevalensinya turun menjadi 8,7% pada 2020.
Meski masih cukup tinggi, prevalensi itu masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang harus kurang dari 20%.
Melansir laman Kementerian Kesehatan dan HaiBunda.com, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi yang parah atau kronis dan infeksi yang persisten sehingga anak menjadi pendek atau sangat pendek.
Kondisi stunting berdampak pada kesehatan badan, kecerdasan anak, bahkan dalam tingkat yang parah berisiko kematian.
Malnutrisi selanjutnya adalah wasting dengan prevalensi 3,3% pada 2010. Angkanya kemudian turun menjadi 1,3% pada 2020.
Wasting adalah kondisi berat badan anak yang menurun seiring waktu sehingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan, meski tingginya tetap terlihat normal atau sesuai usianya. Wasting juga bisa menyebabkan edema yang ditandai bengkak pada tubuh anak.
Terakhir, underweight atau kekurangan berat badan dengan prevalensi 3,7% pada 2010. Angkanya menurun menjadi 2,1% pada 2020.
Underweight adalah kondisi saat berat badan anak berada di bawah rentang rata-rata atau normal. Tinggi badannya pun terlihat lebih pendek dari ukuran normal. Kondisi ini mengganggu tubuh anak dan bisa bermasalah pada kulit, gigi, tulangnya.
(Baca juga: Ada 14,5 Juta Warga Palestina Pertengahan 2023, Ini Sebarannya)