Laporan Global Overview of Food Crises 2021 menyebutkan, Republik Kongo menjadi negara dengan darurat krisis pangan terparah pada 2020. Sebanyak 5,7 juta atau 9% penduduk di Republik Kongo mengalami darurat krisis pangan.
Afganistan berada di posisi kedua karena ada 4,3 juta orang atau 14% dari total populasi yang mengalami darurat krisis pangan. Yaman di urutan ketiga dengan 3,6 juta penduduk atau 12% dari total populasi mengalami darurat krisis pangan. Sebanyak 16,5 ribu penduduk Yaman bahkan dalam tahap bencana krisis pangan.
Sudan berada di urutan keempat dengan penduduk yang darurat krisis pangan sebanyak 2,2 juta atau 5% dari total populasi. Sementara, Sudan Selatan berada di bawahnya dengan jumlah 1,7 juta penduduk atau 15% dari total populasi.
Berikut rincian delapan negara yang penduduknya paling banyak mengalami darurat krisis pangan:
1. Republik Kongo: 5,7 juta jiwa
2. Afganistan: 4,3 juta jiwa
3. Yaman: 3,6 juta jiwa
4. Sudan: 2,2 juta jiwa
5. Sudan Selatan: 1,7 juta jiwa
6. Ethiopia: 1,4 juta jiwa
7. Haiti: 1,2 juta jiwa
8. Zimbabwe: 1 juta jiwa
Kategori darurat krisis pangan salah satunya ditandai dengan kesenjangan konsumsi pangan antarpenduduk yang besar. Indikasi lainnya adalah jumlah penduduk yang mengalami malnutrisi akut sangat tinggi. Selain itu, tingkat kematian akibat malnutrisi tinggi.
Konflik yang terus menerus terjadi dan menciptakan ketidakstabilan politik dan ekonomi menjadi penyebab terjadinya krisis pangan di dunia. Krisis pangan juga disebabkan guncangan ekonomi akibat pandemi virus corona Covid-19 dan cuaca ekstrim yang menghancurkan rumah, lahan pertanian, serta peternakan.
(Baca: Sebanyak 8,34% Penduduk Indonesia Kekurangan Pangan pada 2020)