Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya.
Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menempati posisi teratas dengan angka balita stunting sebesar 35,3%. Meski masih bertengger di posisi puncak, namun prevalensi balita stunting di NTT menurun dari 2021 yang sebesar 37,8%.
Selanjutnya, Sulawesi Barat di peringkat kedua dengan prevalensi balita stunting sebesar 35%. Lalu, Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat memiliki prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 34,6% dan 32,7%.
Terdapat 18 provinsi dengan prevalensi balita stunting di atas rata-rata angka nasional. Sisanya, 16 provinsi berada di bawah rata-rata angka stunting nasional.
Di sisi lain, Bali menempati peringkat terbawah alias prevalensi balita stunting terendah nasional. Persentasenya hanya 8% atau jauh di bawah angka stunting nasional pada 2022.
Berikut prevalensi balita stunting di Indonesia berdasarkan provinsi pada 2022:
- Nusa Tenggara Timur: 35,3%
- Sulawesi Barat: 35%
- Papua: 34,6%
- Nusa Tenggara Barat: 32,7%
- Aceh: 31,2%
- Papua Barat: 30%
- Sulawesi Tengah: 28,2%
- Kalimantan Barat: 27,8%
- Sulawesi Tenggara: 27,7%
- Sulawesi Selatan: 27,2%
- Kalimantan Tengah: 26,9%
- Maluku Utara: 26,1%
- Maluku: 26,1%
- Sumatera Barat: 25,2%
- Kalimantan Selatan: 24,6%
- Kalimantan Timur: 23,9%
- Gorontalo: 23,8%
- Kalimantan Utara: 22,1%
- Sumatera Utara: 21,1%
- Jawa Tengah: 20,8%
- Sulawesi Utara: 20,5%
- Jawa Barat: 20,2%
- Banten: 20%
- Bengkulu: 19,8%
- Jawa Timur: 19,2%
- Sumatera Selatan: 18,6%
- Kep Bangka Belitung: 18,5%
- Jambi: 18%
- Riau: 17%
- DI Yogyakarta: 16,4%
- Kepulauan Riau: 15,4%
- Lampung: 15,2%
- DKI Jakarta: 14,8%
- Bali: 8%
Meski mengalami penurunan, Presiden Joko Widodo mengatakan masih harus ada upaya keras untuk menurunkan angka prevalensi stunting nasional lebih drastis. "Target yang saya sampaikan 14% di tahun 2024. Ini harus bisa kita capai, saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bisa bergerak,” ujar Presiden Joko Widodo, dikutip dari Katadata.co.id, Rabu (25/1/2023).
Menurut Jokowi, stunting bukan hanya urusan tinggi badan anak. Hal yang perlu diwaspadai menurut Presiden adalah menurunnya kemampuan belajar anak, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis.
Adapun hasil SSGI merupakan salah satu sarana untuk mengukur target stunting di Indonesia. Sebelumnya, SSGI diukur 3 tahun sekali sampai 5 tahun sekali. Kemenkes mengatakan, mulai 2021 SSGI dilakukan setiap tahun.
(Baca: Angka Stunting Indonesia Turun pada 2022, Rekor Terbaik Dekade Ini)