Menurut laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sejak awal tahun hingga 18 Oktober 2022 terdapat 192 kasus gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) pada anak-anak yang belum diketahui penyebabnya. Data itu dikumpulkan melalui anggota IDAI di seluruh Indonesia.
Ketua Pengurus Pusat IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan, banyaknya penderita gangguan ginjal akut misterius ini bukan berarti karena adanya lonjakan kasus, melainkan data dari cabang IDAI di beberapa provinsi yang baru diterima belakangan.
"(Data) yang sudah terkumpul di kami adalah 192 kasus, dari 20 provinsi," ujar Piprim dalam konferensi daring, dikutip dari Kompas.com, Selasa (18/10/2022).
DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan kasus gangguan ginjal akut misterius terbanyak di Tanah Air, yakni 50 kasus atau 26,04% dari total kasus nasional.
Berikutnya Jawa Barat 24 kasus, Jawa Timur 24 kasus, Sumatra Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, dan Bali 17 kasus. Sedangkan 14 provinsi lain masing-masingnya memiliki antara 1-2 kasus dengan jumlah kumulatif 38 kasus.
IDAI bersama Kemenkes masih mencari penyebab pasti dari penyakit ini. Terdapat sejumlah dugaan yang muncul seperti infeksi virus lain, keracunan (intoksikasi) etilen glikol, hingga Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem usai Covid-19.
"Kalau MIS-C yang seperti biasa, kita berpengalaman (memberi) obat-obatannya. Tapi ada juga pasien yang tidak membaik (setelah pengobatan). Ada juga kecurigaan obat-obatan yang mengandung etilen glikol, ini sedang kita periksa," ujar Piprim.
Gejala klinis yang ditemukan pada pasien gangguan ginjal akut misterius umumnya meliputi infeksi saluran cerna, demam, ISPA, batuk pilek, dan muntah. Kemudian ada pula pasien yang tidak bisa buang air kecil atau air seni mengering (anuria), dan kurangnya kadar air seni (oliguria).
(Baca: Deretan Penyakit Katastropik Termahal yang Dibiayai BPJS Kesehatan pada 2021)