Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat Jumlah Rumah Rusak Berat akibat Bencana Alam di Jawa Timur pada tahun 2024 sebanyak 1095 Unit. Data historis menunjukkan fluktuasi, dengan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 12766 Unit. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi kenaikan signifikan sebesar 766 Unit atau pertumbuhan 232.83%. Kondisi ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir (2021-2023) yang mencapai 1326 Unit, namun lebih baik dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir (2019-2023) yaitu 955 Unit.
Pada tahun 2024, Jawa Timur menempati peringkat ke-2 di pulau Jawa dan peringkat ke-5 secara nasional. Kenaikan tertinggi dalam periode historis terjadi pada tahun 2015 dengan pertumbuhan 770.8%, sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2022 dengan penurunan -91.56%. Fluktuasi ini mengindikasikan kerentanan Jawa Timur terhadap bencana alam yang berdampak pada kerusakan rumah.
(Baca: Jumlah Penduduk Setengah Pengangguran Periode 2015-2024)
Anomali terlihat pada tahun 2015, dimana jumlah rumah rusak berat melonjak signifikan. Jika dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (2012-2014) yaitu 4894 Unit, lonjakan ini sangat mencolok. Meskipun terjadi penurunan setelah tahun 2015, namun kerusakan rumah akibat bencana alam tetap menjadi perhatian serius.
Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa Jumlah Rumah Rusak Berat di Jawa Timur akibat bencana alam mengalami fluktuasi dengan kecenderungan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, peningkatan pada tahun 2024 menjadi sinyal bahwa upaya mitigasi dan penanggulangan bencana perlu ditingkatkan. Jawa Timur perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan adaptasi terhadap perubahan iklim untuk mengurangi risiko kerusakan rumah akibat bencana.
Perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas program penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Pemerintah daerah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan ketahanan infrastruktur dan permukiman terhadap bencana alam. Dengan upaya yang berkelanjutan, diharapkan jumlah rumah rusak berat akibat bencana alam di Jawa Timur dapat diminimalkan di masa depan.
Jawa Barat
Jawa Barat menduduki peringkat pertama di pulau Jawa dan peringkat pertama secara nasional dengan 2929 Unit rumah rusak berat. Pertumbuhan rumah rusak berat di Jawa Barat cukup signifikan mencapai 341.11% dibandingkan tahun sebelumnya. Besaran nilai ini memperlihatkan bahwa Jawa Barat mengalami kerusakan paling parah dibandingkan daerah lainnya.
(Baca: PDRB ADHB Sektor Jasa Pertanian dan Perburuan Periode 2013-2024)
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur menempati peringkat pertama di wilayah Nusa Tenggara dan Bali serta peringkat ke-2 secara nasional dengan 2489 Unit rumah rusak berat. Pertumbuhan yang fantastis mencapai 375% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan peningkatan signifikan dalam kerusakan rumah akibat bencana. Hal ini menempatkan Nusa Tenggara Timur sebagai wilayah dengan kerusakan rumah berat yang perlu mendapat perhatian khusus.
Sumatera Barat
Sumatera Barat menempati peringkat pertama di pulau Sumatera dan peringkat ke-3 secara nasional dengan 1572 Unit rumah rusak berat. Pertumbuhan rumah rusak berat di Sumatera Barat sangat tinggi, mencapai 1278.95% dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa Sumatera Barat mengalami peningkatan signifikan dalam kerusakan rumah akibat bencana.
Papua Pegunungan
Papua Pegunungan menduduki peringkat pertama di pulau Papua dan peringkat ke-4 secara nasional dengan 1146 Unit rumah rusak berat. Meskipun tidak mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya, angka ini tetap menunjukkan kerentanan wilayah Papua Pegunungan terhadap bencana yang merusak rumah penduduk.
Jawa Timur
Jawa Timur menduduki peringkat ke-2 di pulau Jawa dan peringkat ke-5 secara nasional dengan 1095 Unit rumah rusak berat. Dengan pertumbuhan 232.83% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan adanya peningkatan kerusakan rumah akibat bencana di Jawa Timur. Walaupun menduduki peringkat tengah secara nasional, peningkatan ini tetap menjadi perhatian bagi upaya penanggulangan bencana di Jawa Timur.