Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai penyaluran fintech lending alias pinjaman online (pinjol) di Indonesia kembali meningkat jelang akhir 2023. Hal ini didorong momentum libur natal dan tahun baru 2024 lalu.
Tercatat, nilai penyaluran pinjol per Desember 2023 mencapai Rp22,57 triliun, naik 3,73% dari bulan sebelumnya (month-on-month/mom) yang sebesar Rp21,76 triliun.
Begitu pula jika dibandingkan dengan setahun lalu, penyaluran pinjol nasional pada Desember 2023 melesat 15,63% (year-on-year/yoy).
Adapun penyaluran pinjol pada Desember 2023 masuk ke 10,06 juta akun penerima pinjaman. Jumlah peminjam tersebut tumbuh 2,03% secara bulanan (mom).
Mayoritas atau 7,67 juta akun peminjam berasal dari Pulau Jawa, setara 76,25% dari total peminjam nasional.
Dari total nilai pinjaman Desember, sebanyak Rp7,18 triliun atau 31,83% masuk ke sektor produktif.
Sektor produktif yang menerima penyaluran pinjol terbesar adalah perdagangan besar dan eceran, yakni Rp2,83 triliun.
Selanjutnya, Rp253,92 miliar masuk ke sektor pertanian, perhutanan dan perikanan; Rp55,54 miliar ke sektor industri pengolahan; dan Rp1,15 triliun ke sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum.
Kerja sama penyaluran oleh pemberi pinjaman institusi (super lender) pada Desember 2023 berasal dari 97 lembaga jasa keuangan konvensional dengan nilai Rp8,05 triliun.
(Baca: Kredit Macet Pinjol Meningkat pada Akhir 2023)