Pasar modal di berbagai negara menghadapi ketidakpastian di tengah latar belakang ekonomi makro yang suram, menyebabkan perusahaan-perusahaan terbuka kehilangan nilai sahamnya.
Indeks NYSE Composite di Amerika Serikat (AS), misalnya, telah turun 7,45% (year-to-date/ytd) ke 15.942,62 pada penutupan perdagangan Jumat (27/5/2022) dibandingkan awal tahun.
Indeks NASDAQ Composite, yang condong ke sektor teknologi, juga turun 23,4% (ytd) ke 12.131,13 pada periode yang sama.
Penurunan ini terjadi di tengah pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Selain karena gangguan rantai pasokan, harga harga konsumen dan produsen juga melonjak menyusul perang Rusia-Ukraina.
Di Tiongkok, indeks SSE Composite turun 13,3% (ytd) ke 3.149.06 pada penutupan perdagangan Senin (30/5/2022) dibandingkan awal tahun.
Indeks Hang Seng di Hong Kong juga mencatat tren penurunan 9,24% (ytd) ke 21.123,93 pada periode yang sama.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia ditutup di 7.037,56 pada Senin (30/5/2022), posisinya menguat 5,58% (ytd) dibanding awal tahun.
Setelah sempat terkoreksi sekitar 4% pasca libur Hari Raya Idulfitri 2022, IHSG melanjutkan kebangkitannya sejak pertengahan Mei 2022.
(Baca: The Fed Berpotensi Naikkan Bunga Lebih Tinggi Dibanding Prediksi Pasar)