Sepanjang 2022 gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) melanda perusahaan teknologi di berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS).
Sampai awal 2023 raksasa teknologi AS seperti Amazon, Microsoft, Google, dan Meta sudah tercatat sebagai perusahaan dengan PHK terbesar global, yang masing-masingnya memecat antara sepuluh ribu sampai belasan ribu orang.
Kendati demikian, sebelum gelombang PHK terjadi, perusahaan-perusahaan tersebut melakukan perekrutan karyawan secara masif. Jika diakumulasikan, jumlah karyawan baru mereka jauh lebih banyak ketimbang yang dipecat.
Menurut data yang dihimpun Yahoo Finance dan Bloomberg, selama periode Oktober 2019-September 2022 Amazon telah merekrut karyawan baru sekitar 746 ribu orang.
Kemudian di periode Oktober 2022-Januari 2023 Amazon melakukan PHK terhadap sekitar 18.000 orang. Artinya, proporsi karyawan yang mereka pecat sekitar 2,4% dari total karyawan baru yang dipekerjakan.
Hal serupa juga terjadi pada Microsoft, Google, dan Meta, dengan rincian jumlah karyawan baru dan korban PHK seperti terlihat pada grafik.
Adapun menurut Jan Hatzius, kepala ekonom di bank investasi Goldman Sachs, pada Januari 2023 jumlah tenaga kerja di Amerika Serikat sudah bertambah sekitar 517 ribu orang, meskipun kasus PHK santer terdengar sejak beberapa bulan sebelumnya.
"Hal ini menandakan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan PHK tidak merepresentasikan kondisi ekonomi yang lebih luas," kata Jan Hatzius, dilansir Yahoo Finance, Selasa (7/2/2023).
"Penting juga untuk diingat, tidak setiap kasus PHK berujung pada naiknya pengangguran dalam jangka panjang, karena sebagian besar korban PHK menemukan pekerjaan baru. Dalam beberapa bulan terakhir, tingkat perolehan pekerjaan di kelompok pengangguran (AS) tergolong tinggi menurut standar historis," lanjutnya.
(Baca: Jawa Barat, Provinsi dengan Kasus PHK Terbanyak pada 2022)