Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga acuan nikel Indonesia sebesar US$16.368,86 per dry metric tonne (dmt) pada Januari 2024.
Acuan itu turun sekitar 7,27% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$17.653,33 per dmt pada Desember 2023.
Tren penurunan harga nikel terus terjadi sejak awal tahun lalu.
Sejak Januari 2023, harga acuan nikel hanya naik tiga kali hingga penghujung 2023. Rinciannya pada Februari 2023 yang ditetapkan US$28.444 per dmt, Juni 2023 yang ditetapkan US$23.317 per dmt, dan September yang menjadi US$20.827 per dmt. Di luar tiga bulan ini, harga nikel didominasi penurunan.
Kementerian ESDM menyebut, harga acuan nikel ini merupakan harga dalam cash seller and settlement yang dipublikasikan London Metal Exchange (LME).
Harga acuan nikel ditetapkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Nomor 8.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Bulan Januari 2024, pada 15 Januari 2024.
(Baca juga: Penutupan 2023, Harga Acuan Nikel Indonesia Turun 4,9%)
Proyeksi harga nikel global turun pada 2024
Bank Dunia memproyeksikan harga nikel global akan turun lagi pada 2024, melanjutkan tren pelemahan yang terjadi sepanjang 2023.
Hal ini tercatat dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2023.
Menurut data Bank Dunia, harga nikel memang sempat menguat sejak pandemi Covid-19 melanda, tepatnya sejak 2021.
Kemudian pada 2022 rata-rata harga nikel mampu mencapai US$25.833,73 per ton, rekor tertingginya dalam lima tahun terakhir.
Namun, pada 2023 rata-rata harga nikel turun 16,7% (year-on-year/yoy) menjadi US$21.521,12 per ton.
Bank Dunia pun memproyeksikan tren penurunan akan berlanjut, hingga rata-rata harganya menjadi US$20.000 per ton pada 2024.
Bank Dunia membuat proyeksi ini karena ada peningkatan pasokan nikel dari negara-negara produsen utama, seperti China, Indonesia, dan Filipina.
(Baca juga: Proyeksi Bank Dunia, Harga Nikel Turun Lagi pada 2024)