Laporan keuangan Boeing menunjukkan, produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat (AS) ini mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemegang saham Boeing sebesar US$6,17 miliar. Nilai ini setara dengan Rp98,19 triliun dengan asumsi kurs Rp15.904 per US$.
Rugi bersih itu melonjak 277,38% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) pada kuartal III 2024 yang sebesar US$1,63 miliar.
Pendapatan raksasa pesawat ini pun terpantau turun. Pada kuartal III 2024 ini pendapatannya sebesar US$17,84 miliar, turun 1,47% (yoy) dari kuartal III 2023 yang sebesar US$18,1 miliar.
Adapun rincian pendapatan pada kuartal III 2024, yakni penjualan produk sebesar US$14,53 miliar, turun 3,49% (yoy) dari kuartal III 2023 yang sebesar US$15,06 miliar.
Sementara pendapatan dari layanan mencapai US$3,3 miliar, turun 8,6% (yoy) dari periode tahun lalu yang sebesar US$3,04 miliar.
Kini, aset Boeing tercatat sebesar US$109,43 miliar, turun dari posisi Desember 2023 sebesar US$109,27 miliar.
Adapun total liabilitas membengkak menjadi US$97,3 miliar, naik dari Desember 2023 yang sebesar US$95,82 miliar.
Total equitas tercatat minus hingga US$23,56 miliar. Membengkak dari Desember 2023 yang minus US$17,22 miliar.
Dalam laporannya Boeing menyebut total simpanan perusahaan sebesar US$511 miliar, termasuk lebih dari 5.400 pesawat komersial
Dapur keuangan yang minus ini membuat Boeing mengambil langkah efisiensi, salah satunya dengan pemecatan massal atau PHK.
Melansir CNBC Indonesia, Boeing baru saja melayangkan surat pemecatan hubungan kerja (PHK) pada Rabu waktu Amerika Serikat (AS). Setidaknya 10% karyawan atau 17.000 orang akan terdampak secara global.
Kabar itu datang di saat perusahaan terililit utang besar. Itu belum menghitung insiden-insiden yang melibatkan Boeing di berbagai maskapai penerbangan sepanjang 2024.
(Baca juga: Insiden Alaska Airlines, Bagaimana Kinerja Perusahaan Boeing?)