Laporan perusahaan pemantau kualitas udara, IQAir, menunjukkan, lebih banyak negara yang memiliki kualitas udara di luar standar World Health Organization (WHO) pada 2024.
Kualitas udara terburuk dikantongi Republik Chad, negara di kawasan Afrika Tengah, dengan rerata konsentrasi PM2.5 sebesar 91,8 mikrogram per meter kubik (µg/m³) sepanjang tahun lalu.
Melansir Katadata, Chad memang sempat keluar dari daftar IQAir pada 2023 karena masalah kurangnya data. Namun, negara itu juga menduduki peringkat paling tercemar pada 2022 yang dilanda debu Sahara serta pembakaran lahan pertanian yang tidak terkendali.
Rata-rata konsentrasi partikel udara kecil dan berbahaya yang dikenal sebagai PM2.5 di Chad pada 2024 itu sedikit lebih tinggi dari 2022. WHO merekomendasikan tingkat PM2.5 tidak lebih dari 5 µg/m³, standar yang hanya dipenuhi oleh 17% kota pada tahun lalu.
Kedua adalah Bangladesh dengan rerata skor sebesar 78 µg/m³. Tingkat kabut asap rata-rata dari Bangladesh maupun Chad itu 15 kali lipat lebih tinggi dari pedoman WHO.
Di bawah Chad dan Bangladesh, ada Pakistan dengan rerata kualitas udara 73,7 µg/m³. Disusul Republik Demokratik Kongo sebesar 58,2 dan India sebesar 50,6.
India, peringkat kelima dalam peringkat kabut asap tertinggi itu, mengalami penurunan rata-rata PM2.5 sebesar 7% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 50,6 mg/m3.
Meskipun demikian, negara itu menyumbang 12 dari 20 kota paling tercemar di dunia. Byrnihat, yang terletak di wilayah timur laut India yang sangat terindustrialisasi, menempati urutan pertama, mencatat tingkat PM2.5 rata-rata sebesar 128 mg/m3.
Selebihnya ada Tajikistan, Nepal, Uganda, Rwanda, hingga Burundi dalam daftar 10 besar negara dengan kualitas udara terburuk pada tahun lalu.
(Baca juga: Hanya Ada 12 Wilayah yang Lulus Standar Kualitas Udara WHO 2024)