Perusahaan induk Google, yakni Alphabet Inc, mengalami penurunan laba miliaran dolar pada tahun ini.
Menurut laporan keuangan resminya, pada periode Januari-September 2021 Alphabet Inc mampu mencetak laba bersih US$55,39 miliar. Namun, pada Januari-September 2022 laba bersihnya turun menjadi US$46,34 miliar.
Secara kumulatif, dalam sembilan bulan pertama tahun ini laba bersih Alphabet Inc sudah berkurang sekitar US$9 miliar atau menyusut 16% dibanding periode sama tahun lalu.
Meski pendapatannya naik, laba bersih Alphabet Inc tahun ini menyusut karena tergerus beban yang membengkak, seperti terlihat pada grafik.
Di tengah situasi ini Google diisukan bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap karyawannya yang berkinerja buruk.
"Menurut laporan situs berita teknologi The Information, Google akan melakukan PHK terhadap 10.000 karyawan pada awal 2023," kata Forbes, Rabu (23/11/2022).
"Sejauh ini Google belum mengonfirmasi isu rencana PHK tersebut," lanjut Forbes.
Meski isu ini belum bisa dipastikan, tren PHK massal memang sedang terjadi sejumlah perusahaan raksasa teknologi, seperti Meta, Amazon, dan Twitter.
Menurut data Layoffs.fyi, pada November 2022 Meta yang merupakan perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp telah memecat 11.000 karyawannya.
Pada bulan yang sama Amazon melakukan PHK terhadap 10.000 karyawan, dan Twitter memberhentikan 3.700 pekerjanya.
"Google, seperti banyak perusahaan teknologi besar lainnya, mengalami pertumbuhan pesat sejak pandemi. Tapi, ketika inflasi dan suku bunga melonjak, para pengiklan memangkas pengeluarannya dan para ahli mengoceh tentang potensi resesi. Dalam situasi ini banyak perusahaan menyadari bahwa mereka mempekerjakan terlalu banyak orang," kata Forbes.
(Baca: Gelombang PHK Startup Makin Tinggi pada November 2022)