Bank Dunia memproyeksikan rata-rata harga timah pada 2024 bisa mencapai US$27.000 per ton.
Proyeksi ini menguat 4,1% dibanding rata-rata harga tahun 2023, tapi masih lebih rendah dibanding harga tahun 2021-2022.
Menurut Bank Dunia, harga timah tahun ini menguat karena ada hambatan pasokan dari Myanmar dan Indonesia.
"Harga timah sudah naik pada kuartal pertama 2024 dan semakin menguat pada April 2024, mencerminkan berlanjutnya kendala pasokan dari Myanmar dan Indonesia, yang keduanya menyumbang 40 persen produksi timah global," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2024.
Bank Dunia mencatat, pada Februari 2024 Myanmar memberlakukan pajak 30% untuk ekspor semua jenis konsentrat timah, menyusul penutupan beberapa tambang timah di negerinya pada 2023 karena alasan konservasi dan pengurangan polusi.
Sementara, menurut Bank Dunia, ekspor timah dari Indonesia terhambat karena adanya penundaan perizinan.
Di tengah adanya hambatan pasokan, Bank Dunia memperkirakan permintaan timah tahun ini meningkat.
Peningkatan permintaan timah terutama datang dari industri manufaktur elektronik, produksi semikonduktor, panel fotovoltaik, dan teknologi penunjang transisi energi lainnya.
(Baca: Indonesia Masuk Jajaran Negara Penghasil Timah Terbesar Global 2023)