Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan bangkrut pada Jumat (10/3/2023). Kolapsnya bank pengucur modal startup itu terjadi hanya dalam waktu 48 jam setelah perusahaan tersebut mengalami krisis modal.
Masih ada hak-hak nasabah di sana. Mereka akan dapatkan akses ke simpanannya pada Senin (13/3/2023) waktu Amerika Serikat (AS). Regulator memutuskan untuk menopang simpanan nasabah guna membendung kejatuhan keuangan yang lebih dalam.
Keputusan itu dibuat oleh Dewan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dan Bank Sentral AS, Federal Reserve, selepas berkonsultasi dengan Presiden Joe Biden.
Menurut pernyataan bersama Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Ketua Fed Jerome Powell dan Ketua FDIC Martin Gruenberg pada Minggu malam (12/3/2023), mereka menyetujui resolusi SVB. Mereka memastikan langkah resolusi ini tidak akan merugikan pembayar pajak di Amerika dan semua deposan akan menerima dananya secara utuh.
"Hari ini kami mengambil tindakan tegas untuk melindungi ekonomi AS dengan memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem perbankan kami," demikian pernyataan tersebut, seperti dikutip Katadata dari Reuters, Senin (13/3/2023).
Langkah ini, kata mereka, akan memastikan bahwa sistem perbankan AS terus menjalankan peran vitalnya dalam melindungi simpanan dan menyediakan akses kredit ke rumah tangga dan bisnis dengan cara yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
Pejabat senior Departemen Keuangan AS mengatakan kepada wartawan bahwa SVB tidak akan di-bailout, tetapi nasabah tetap dilindungi. Adapun ekuitas SVB dan pemegang obligasi akan dihapus.
(Baca juga: Ini Data Inflasi AS yang Jadi Alasan The Fed Naikkan Suku Bunga)
Di masa-masa krisis itu, harga saham hingga kapitalisasi pasar SVB terpantau ambrol.
Dilansir dari Wall Street Journal (WSJ), saham SVB pada perdagangan 6 Maret 2023 masih sebesar US$283 per saham. Sehari berikutnya, turun sedikit menjadi US$267. Angka ini bertahan hingga sehari berikutnya lagi, pada 8 Maret 2023.
Namun pada perdagangan 9 Maret 2023, harga sahamnya terpeleset menjadi US$106, turun -161.79 poin atau setara -60.41%. Harga itu bertahan hingga perdagangan 10 Maret 2023. SVB pun ditutup untuk melindungi nasabah. Ini juga membuat indeks bursa saham Wall Street ambles lebih dari 1% pada Jumat (10/3/2023).
Hal yang sama terjadi pada nilai kapitalisasi pasar SVB. Data Companies Market Cap menunjukkan, penurunan nilai sudah terlihat sejak 2022. Rerata nilai kapitalisasi pasar pada 2022 sebesar US$13,60 miliar. Angka ini jatuh -65,86% dibandingkan periode 2021, sebesar US$39,84 miliar.
Nilai kapitalisasi pasar pada 13 Maret 2023 pun anjlok -53,85% atau sebesar US$6,27 miliar. Capaian ini merupakan yang terendah selama lima tahun terakhir. Padahal, pada 4 Maret 2023 nilai kapitalisasinya masih sebesar US$16,84 miliar.
Capaian kapitalisasi pasar terendah juga pernah dialami SVB pada 2018, yakni US$9,98 miliar (-19% dari 2017).
(Baca juga: Terancam Bangkrut, Ini Kondisi Ekonomi Makro Sri Lanka dan Pakistan)