Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia mencapai US$258,81 juta pada 2023. Angkanya turun 11,33% dibanding 2022 (year-on-year/yoy) yang membukukan US$291,90 milar.
BPS menyebut, anjloknya nilai ekspor tersebut terjadi akibat penurunan kinerja ekspor migas dan nonmigas. Pada 2023, ekspor nonmigas RI turun 11,96% (yoy) menjadi US$242,89 miliar.
Dirinci berdasarkan sektornya, penurunan ekspor nonmigas disumbangkan oleh pertambangan dan lainnya yang ambles 20,86% (yoy) menjadi US$51,51 miliar.
Kemudian sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 10,4% (yoy) menjadi US$4,4 miliar serta industri pengolahan turun 9,26% (yoy) menjadi US$186,89 miliar pada tahun lalu.
Sejalan dengan itu, ekspor migas juga turun tipis 0,47% (yoy) menjadi US$15,92 pada 2023.
Terkoreksinya nilai ekspor migas dipengaruhi oleh ekspor gas yang turun 9,87% (yoy) menjadi US$8,77 miliar pada tahun lalu.
Sementara, ekspor hasil minyak justru mengalami kenaikan 16,16% (yoy) menjadi US$5,93 miliar dan minyak mentah ikut naik 8,34% (yoy) menjadi US$1,75 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar sepanjang 2023 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$36,63 miliar, diikuti Kalimantan Timur US$27,93miliar, dan Jawa Timur US$22,42 miliar. Ketiganya memberikan kontribusi sebesar 33,60% dari total ekspor nasional pada 2023.
(Baca juga: Ekspor-Impor Indonesia Turun pada 2023, Surplus Dagang Menyusut)