Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai impor Indonesia mencapai US$221,88 miliar pada 2023. Nilainya turun 6,55% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang sebesar US$237,44 miliar.
Jika ditinjau berdasarkan moda transportasinya, mayoritas atau 90,66% impor ke Tanah Air dikirim melalui jalur laut. Nilai impornya sebesar US$201,15 miliar atau terkoreksi 6,82% secara tahunan (yoy).
"Dominasi impor menggunakan moda laut berkaitan erat dengan kondisi geografis Indonesia, yaitu negara kepulauan yang saling terhubung melalui laut baik antarpulau maupun antarnegara," tulis BPS dalam laporannya.
Selain itu, BPS menjelaskan, biaya angkut yang lebih murah turut mempengaruhi pemilihan moda ini. Transportasi laut juga dapat mengangkut barang dalam jumlah besar dibandingkan moda lain.
Berikutnya, nilai impor melalui transportasi udara sebesar US$20,66 miliar atau turun 3,95% (yoy). Moda transportasi ini menyumbang 3,39% terhadap total nilai impor tahun lalu.
"Moda transportasi ini merupakan pilihan untuk mengangkut barang impor dengan volume lebih ringan, meskipun harganya relatif lebih tinggi," tulis BPS.
Selain itu, Indonesia juga mengangkut barang impor menggunakan pipa atau kabel senilai US$60,6 juta, naik 7,96% (yoy).
Kemudian melalui pos senilai US$5,4 juta atau melonjak 125,32% (yoy) dan melalui transportasi darat senilai US$1,4 juta atau tumbuh 186,38% (yoy).
(Baca: 10 Pelabuhan Utama Pintu Masuk Impor ke Indonesia)