Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara atau mensuspensi saham PT Barito Renewables Energy Tbk, BREN pada perdagangan Jumat (10/11/2023).
Langkah ini diambil karena adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, orang terkaya nomor empat di Indonesia.
"Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor, PT Bursa Efek Indonesia memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) pada perdagangan tanggal 10 November 2023," kata BEI dalam keterangan resminya, Jumat (10/11/2023).
BEI mengatakan, penghentian sementara perdagangan BREN dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Tujuannya memberikan waktu bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di emiten tersebut.
"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan," tutup BEI.
BREN sendiri baru melantai pada Senin (9/10/2023). Katadata mewartakan, sejak melantai saham itu sudah melonjak 419,23% atau menjadi multibagger pada Kamis (19/10/2023). Multibagger merupakan istilah untuk saham dengan kemampuan pengembalian imbal besar, lebih dari 100%.
Data Yahoo Finance pun menunjukkan, penurunan saham BREN memang masih terjangkau dalam hitungan jari atau sekira lima kali saja dalam sebulan. Sisanya, didominasi peningkatan.
Saham BREN tercatat sebesar Rp975 per lembar saham pada perdagangan 9 Oktober 2023. Angkanya konsisten meningkat hingga menyentuh Rp4.050 per saham pada perdagangan 19 Oktober 2023.
Pada 30 Oktober 2023, sahamnya naik melejit hingga Rp4.500 per saham. Sayangnya memasuki 1 November 2023, sempat turun menjadi Rp4.290 per saham.
Tak menunggu lama, saham BREN resilien dan menyentuh Rp4.400 per saham pada 8 November 2023. Data terakhir pada 9 November 2023 sahamnya melesat menjadi Rp5.225, menjadi capaian terbesar sejak melantai.
Nilai kapitalisasi pasar emiten energi terbarukan itu pun sempat masuk tiga besar teratas di BEI dengan capaian Rp613 triliun pada 31 Oktober 2023. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan emiten batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong, BYAN, yang tercatat sebesar Rp608 triliun.
(Baca juga: Salip BYAN, Kapitalisasi Pasar BREN Masuk 3 Besar BEI Akhir Oktober 2023)