Barbie, film yang kini sedang booming diputar di sejumlah layar lebar, menuai cuan banyak dalam penayangan pekan pertamanya.
The Numbers menyebut film besutan Greta Gerwig itu mengantongi pemasukan kotor sebesar US$356,22 juta atau Rp5,35 triliun (asumsi kurs Rp15.028 per US$) sejak rilis pada 19 Juli 2023 lalu. Angka itu terdiri dari pendapatan kotor box office domestik dan internasional, serta pemasukan dari jalur penjualan lainnya.
Barbie kontan memecahkan rekor box office, bahkan didapuk sebagai film sutradara perempuan terlaris, seperti yang diwartakan Republika. Gerwig juga merasa takjub dengan reaksi positif dari penayangan tersebut.
"Sejujurnya, saya merasakan semuanya secara langsung dan memang itu terasa sangat menakjubkan," kata Gerwig kepada Uproxx yang diwartakan CNN Indonesia pada Senin (24/7/2023).
Barbie bukanlah karya baru dari Gerwig. Perempuan kelahiran California, Amerika Serikat ini memang sudah menghasilkan film apik yang mengangkat isu perempuan, di antaranya Little Women (2020) dan Lady Bird (2017).
(Baca juga: Filmnya Laris, Ini Harga Boneka Barbie Margot Robbie dan Ryan Gosling)
Kontribusi Gerwig sebenarnya semakin mendorong keterlibatan perempuan di industri film, utamanya di Hollywood. Lantas, bagaimana peran perempuan secara keseluruhan di industri hiburan Amerika Serikat itu?
Berdasarkan riset Luminate, proporsi peran perempuan dalam film lebih banyak meningkat sejak dua tahun terakhir.
Pemain film perempuan tercatat sebanyak 41% dari total peran yang ada di daerah tersebut pada 2021. Angkanya naik menjadi 42,7% pada 2022.
Sayangnya, peran perempuan dalam series mengalami penurunan. Pada 2021 tercatat sebesar 46,3%, sementara pada 2022 tercatat sebesar 45,7%.
Luminate juga mencatat peran perempuan di balik layar. Sutradara perempuan dalam film mengalami peningkatan cukup signifikan, sebanyak 20,1% pada 2021, menjadi 24,5% pada 2022 dari total sutradara yang ada.
Kemajuan serupa terlihat dalam serial. Luminate menjelaskan, pada 2021 hanya ada 24% pembuat acara series perempuan. Namun pada 2022 meningkat menjadi 28,3%.
"Di belakang kamera, kami telah melihat kemajuan terbesar bagi perempuan sejak terakhir kali laporan ini diterbitkan," tulis Luminate dalam laporan Entertainment Diversity Progress Report 2023.
Metode riset dokumen Luminate fokus pada dua kategori. Pertama, berdasarkan episode atau series, yang berasal dari televisi ataupun perangkat digital lainnya. Kedua adalah film, baik dari bioskop maupun digital.
Metrik atau ukuran yang digunakan untuk menghitung keragaman mencakup jumlah proyek dengan representasinya, serta jumlah peran.
"Untuk konten serial, kedua metrik menghitung setiap season dari acara," kata Luminate.
Dalam laporan ini, Luminate tak hanya meriset peran perempuan di Hollywood, tetapi juga keterwakilan ras atau kaum minoritas lainnya. Laporan ini disebut untuk menunjukkan secara objektif posisi Hollywood dalam membangun representasi.
"Lebih khusus lagi, tujuan kami adalah agar laporan kemajuan ini digunakan sebagai titik referensi untuk melihat di mana dan bagaimana perbaikan telah dan masih perlu dilakukan," kata Luminate.
(Baca juga: "Barbie" dan "Oppenheimer", Siapa yang Meraih Pendapatan Terbesar di Hari Pertama Tayang?)