Dalam beberapa dekade terakhir, bencana alam terkait perubahan iklim cenderung meningkat di skala global. Hal ini tercatat dalam laporan Bank Dunia yang bertajuk The Atlas of Sustainable Development Goals 2023.
Berdasarkan klasifikasi The International Disasters Database yang dikutip Bank Dunia, ada lima jenis bencana terkait iklim, yaitu kekeringan, suhu ekstrem, badai, kebakaran hutan/lahan, dan banjir besar.
Salah satu contohnya adalah banjir besar di Pakistan pada Agustus 2022. Banjir yang terjadi akibat hujan deras selama beberapa minggu itu merendam sekitar sepertiga wilayah Pakistan dan berdampak pada 33 juta penduduknya.
Banjir tersebut juga memaksa 8 juta penduduk Pakistan untuk mengungsi, menewaskan sekitar 1.700 orang, serta merusak infrastruktur dengan nilai kerugian ditaksir mencapai Rp149 triliun.
(Baca: Suhu Permukaan Bumi Naik 0,89 Derajat Celcius pada 2022)
Menurut data The International Disasters Database yang dikutip Bank Dunia, selama periode 1970-1979 bencana iklim semacam itu terjadi kurang dari 100 kali per tahun secara global.
Kemudian mulai 1980 kejadian bencana iklim naik menjadi lebih dari 100 kali per tahun, dan sejak tahun 2000 frekuensinya semakin sering hingga kerap melampaui 300 kejadian per tahun, seperti terlihat pada grafik di atas.
"Frekuensi dan skala kejadian cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, angin topan, kekeringan, banjir, kebakaran hutan, pergeseran suhu rata-rata, dan pergeseran pola curah hujan di seluruh dunia semakin meningkat. Sebagian besar peningkatan ini disebabkan oleh perubahan iklim," kata Bank Dunia dalam laporannya.
"Bencana iklim menyebabkan kerugian miliaran dolar setiap tahun, dan kerugian ekonominya telah meningkat tujuh kali lipat secara global sejak tahun 1970-an," lanjutnya.
Bank Dunia pun menekankan perlunya pengurangan emisi gas rumah kaca demi menahan laju pemanasan global.
"Manusia bertanggung jawab atas peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan atmosfer, lautan, dan daratan. Hampir semua pemanasan global selama 200 tahun terakhir disebabkan oleh manusia," katanya.
(Baca: Emisi Karbon Global Naik Lagi pada 2022, Pecahkan Rekor Baru)