Menurut data European Commission, volume emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2023 mencapai 1.200 juta ton karbon dioksida ekuivalen (Mt CO2eq).
Volumenya meningkat 4,1% dibanding 2022, sekaligus menjadi rekor tertinggi baru seperti terlihat pada grafik.
(Baca: 2023 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah)
Pada 2023 Indonesia menyumbang sekitar 2,3% terhadap total emisi gas rumah kaca global.
Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai penyumbang emisi terbesar ke-7 di dunia, setelah China, Amerika Serikat, India, Uni Eropa, Rusia, dan Brasil.
Emisi gas rumah kaca yang dicatat European Commission adalah gabungan dari emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan gas berfluorinasi (F gases).
Adapun datanya hanya mencakup emisi dari sektor pembangkit listrik, transportasi, pembakaran energi untuk industri, pertanian, eksploitasi bahan bakar fosil (pertambangan, produksi, dan pengolahan), proses industri (seperti proses produksi semen, pengolahan logam, produk kimia, dll), pembakaran energi untuk bangunan non-industri, dan sektor limbah.
Sedangkan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan atau land use, land-use change, and forestry (LULUCF) belum termasuk.
(Baca: Investasi Energi Bersih Global Melampaui Energi Fosil)