Laporan United Nation Environment Programme (UNEP), Emissions Gap Report 2024, menunjukkan, total emisi gas rumah kaca (GRK) mencapai 57,1 GtCO2E pada 2023.
Berdasarkan sektornya, terbesar berasal dari energi, tepatnya pembangkit listrik, yakni 26% dari total emisi GRK pada 2023.
Kedua, transportasi, yakni 15%. Transportasi terdiri atas emisi dari kendaraan jalanan (11%), penerbangan (2%), dan lainnya (2%).
Ketiga adalah industri, sebesar 11%. Proporsi yang sama dikantongi sektor pertanian di posisi keempat.
"Sektor tenaga listrik (produksi listrik) merupakan kontributor global terbesar terhadap emisi, sebesar 15,1 GtCO2e, diikuti oleh transportasi (8,4 GtCO2e), pertanian (6,5 GtCO2e), dan industri (6,5 GtCO2e)," UNEP merincikan, dikutip pada Senin (28/10/2024).
(Baca juga: Ini Beda Jejak Emisi dari Susu Sapi dan Nabati)
Kelima, produksi bahan bakar minyak, sebesar 10%. Keenam, industri pengolahan, sebesar 9%.
Disusul penggunaan lahan (land use, land use change, and forestry/LULUCF) sebesar 7% dan bangunan sebesar 6%. Adapun sampah dan lainnya menyumbang 4%.
Perhitungan yang dilakukan UNEP ini berdasarkan volume dari tempat emisi terjadi.
UNEP menyebut, sektor-sektor memang beralih ke sumber terbarukan dan elektrifikasi, tetapi belum cukup cepat untuk menggantikan bahan bakar fosil secara signifikan. Emisi GRK terjadi di berbagai sektor ekonomi dan didorong oleh berbagai aktivitas dan proses sosial ekonomi.
UNEP juga menilai, yang mendasari tingkat aktivitas ini adalah tren permintaan akhir untuk barang dan jasa, seperti makanan dan air, kebutuhan mobilitas, permintaan untuk barang modal dan infrastruktur. Selain itu adanya akses ke layanan energi rumah, seperti pemanas, pendingin, penerangan.
(Baca juga: Ini Aksi yang Dinilai Paling Berdampak Mengurangi Emisi GRK)