Laporan Statista menyebut, susu sapi meninggalkan jejak lingkungan yang signifikan. Ini karena metana, salah satu gas rumah kaca, yang dihasilkan oleh sapi cukup kuat.
Selain itu, peternakan sapi perah membutuhkan lahan, air, dan sumber daya energi yang besar yang bisa menambah jejak karbon susu yang tinggi.
Menurut penelitian Michael Clark dkk. pada 2022 yang diolah Statista, setiap produksi satu liter susu sapi menghasilkan sekitar 3,7 kilogram (kg) emisi setara CO2.
Alternatif susu lainnya, yakni susu nabati seperti almond, oat, kedelai, dan beras, memiliki jejak emisi yang jauh lebih rendah.
Beras susu diestimasikan meninggalkan emisi 1,44 kg per liter, kedelai sebesar 0,89 kg; almond 0,66 kg; dan oat 0,45 kg.
"Dengan memilih susu nabati, konsumen dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka yang berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim dan dampak lingkungan yang lebih kecil dari konsumsi makanan," tulis Statista pada Rabu (21/8/2024).
Sebagai catatan, emisi diukur dalam ekuivalen karbon dioksida dan memperhitungkan pemprosesan dan pengangkutan komoditas ke toko eceran, tetapi tidak untuk pemprosesan dan pengemasan pascaproduksi.
(Baca juga: Emisi Metana Batu Bara Diduga Tak Dilaporkan Sepenuhnya)