Setiap rumah tangga pasti memiliki barang elektronik yang tidak terpakai dan akhirnya menjadi limbah. Menurut The Global E-waste Monitor 2020, Tiongkok merupakan negara penghasil limbah elektronik terbanyak di dunia pada 2019. Jumlahnya mencapai 10,12 juta metrik ton.
Negara penghasil limbah elektronik berikutnya adalah Amerika Serikat. Tercatat, negara Paman Sam itu memiliki limbah elektronik mencapai 6,91 juta metrik ton. India dan Jepang menyusul dengan jumlah limbah elektronik masing-masing sebanyak 3,23 juta metrik ton dan 2,56 juta metrik ton. Kemudian, Brasil, Rusia, dan Indonesia memiliki limbah elektronik masing-masing sebanyak 2,14 juta metrik ton, 1,63 juta metrik ton, dan 1,61 juta metrik ton.
Secara keseluruhan, total limbah elektronik di dunia mencapai 53,6 juta metrik ton pada 2019. Dari jumlah tersebut, limbah elektronik paling banyak berasal dari Asia, yakni 24,9 juta metrik ton.
Limbah elektronik merupakan produk yang memiliki komponen listrik dengan daya atau suplai baterai yang tak digunakan kembali. Beberapa contohnya seperti kulkas, laptop, lampu, hingga kipas angin.
Adapun seorang seniman Rusia, Igor Verniy, berhasil mendaur ulang limbah elektronik menjadi berbagai hiasan berbentuk hewan. Dalam proses pembuatannya, Igor menggunakan bagian-bagian dari barang elektronik hingga mobil maupun sepeda yang tak terpakai. Kemampuannya mendaur ulang limbah elektronik ini pun dipuji oleh para warganet karena mampu mengolah barang rongsokan menjadi sebuah karya seni.
(Baca: Asia Mendominasi Produksi Limbah Elektronik pada 2019)